Ini merupakan indikasi bahwa siklus pengetatan telah berakhir
Tokyo (ANTARA) - Saham Asia memperpanjang aksi jual global pada Rabu, karena negosiasi plafon utang AS berlarut-larut tanpa resolusi, sementara dolar Selandia Baru jatuh setelah bank sentral membuat pasar lengah dengan mengindikasikan bahwa siklus pengetatannya telah berakhir.

Indeks MSCI untuk saham Asia-Pasifik di luar Jepang merosot 0,40 persen. Nikkei Jepang berakhir merosot 0,89 persen, memperpanjang penurunannya dari puncak pasca era gelembung ke hari kedua.

Di Hong Kong indeks Hang Seng Hong Kong ditutup anjlok 1,69 persen, indeks saham unggulan China daratan CSI 300 menetap 1,38 persen lebih rendah, indeks komposit Shanghai tergelincir 1,28 persen, serta indeks S&P/ASX 200 Australia jatuh 0,63 persen.

Baca juga: IHSG turun ikuti pelemahan bursa kawasan Asia dan global

Namun, ekuitas berjangka AS menunjukkan kenaikan 0,15 persen pada pembukaan kembali untuk S&P 500 dan Nasdaq, setelah penurunan tajam semalam.

Dolar Selandia Baru adalah salah satu penggerak utama di perdagangan Asia. Kiwi jatuh 1,3 persen setelah bank sentralnya tidak sesuai harapan pasar dengan mempertahankan perkiraannya untuk suku bunga terminal di 5,5 persen, setelah naik seperempat poin ke level itu.

"Ini merupakan indikasi bahwa siklus pengetatan telah berakhir," kata Jason Wong, ahli strategi di Bank of New Zealand. "Tidak ada yang benar-benar mengharapkan itu."

Pasar telah memperkirakan kenaikan setengah poin, dan pedagang juga bersiap untuk perpanjangan pengetatan beruntun.

Perwakilan Presiden Joe Biden dan anggota Kongres dari Partai Republik mengakhiri putaran lain pembicaraan plafon utang pada Selasa (23/5/2023) tanpa ada tanda-tanda kemajuan.

Menteri Keuangan Janet Yellen telah memperingatkan bahwa pemerintah federal tidak lagi memiliki cukup uang untuk membayar semua tagihannya secepat 1 Juni, meningkatkan risiko gagal bayar yang merusak.

Sementara risiko gagal bayar yang dapat memicu resesi buruk bagi Amerika Serikat, investor yang khawatir tentang dampak ekonomi global telah berpaling dari aset berisiko.

Laporan bahwa Departemen Keuangan telah bertanya kepada agen federal apakah mereka dapat menunda pembayaran yang akan datang menambah kesan krisis.

"Prioritas pembayaran sekarang nyata," tulis Chris Weston, kepala penelitian di broker Pepperstone di Melbourne, dalam catatan klien.

"Dan meskipun tampaknya sangat bijaksana untuk melakukan pembicaraan ini, akibatnya tingkat kecemasan pasar telah memanas," katanya. "Pasar mulai mengurangi risiko."

Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,1 persen menjadi 103,43, tetapi tetap mendekati level tertinggi dua bulan di 103,63 yang dicapai minggu lalu.

Imbal hasil obligasi pemerintah jangka panjang turun menjadi 3,68 persen di Tokyo, memperpanjang penurunan dari tertinggi lebih dari dua bulan di 3,696 persen yang dicapai di New York.

Dalam komoditas, emas naik 0,1 persen menjadi diperdagangkan di sekitar 1.977 dolar AS karena para pedagang mengamati pembicaraan plafon utang.

Harga minyak mentah memperpanjang kenaikan dari Selasa (23/5/2023), ketika Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman memperingatkan spekulan untuk "berhati-hati," dengan mengatakan "mereka akan sakit tiba-tiba."

Minyak mentah berjangka Brent naik 68 sen menjadi diperdagangkan di 77,52 dalar AS per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 75 sen menjadi diperdagangkan di 73,66 dolar AS per barel.

Baca juga: IHSG ditutup menguat di tengah pelemahan bursa kawasan Asia

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023