Kami berharap harga porang bisa di angka Rp5.000 per kilogram. Itu petani sudah untung
Madiun (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Madiun, Jawa Timur, merespons keluh kesah para petani di wilayah setempat terkait tidak menentu dan cenderung anjloknya harga panen umbi porang yang kini di bawah Rp5.000 per kilogram sehingga petani  merugi.

Respons itu ditunjukkan Bupati Madiun Ahmad Dawami dengan mengajak para petani porang di Kabupaten Madiun untuk berdiskusi dan mencari solusi terbaik atas permasalahan tersebut.

"Pemkab Madiun telah berkoordinasi dengan pemerintah pusat terkait permasalahan ini. Kami juga sudah menyampaikan keluhan petani ke pusat, dan tim dari Jakarta (kementerian) akan turun terkait tata niaga komoditas porang ini," ujar Bupati Madiun Ahmad Dawami di Madiun, Kamis.

Menurut dia, mengenai harga porang yang anjlok, Bupati mengaku itu di luar kemampuannya. Hal itu karena harga porang kini sangat bergantung dengan harga pasar internasional dan melibatkan banyak negara serta pengusaha besar.

Pihaknya mengajak para petani porang Madiun agar selalu menjaga kualitas porang asli Madiun karena telah dipatenkan varietasnya. Selain itu para petani juga diminta untuk menjaga kedisiplinan dalam menguatkan kualitas.

Selain itu, Pemkab Madiun juga akan menurunkan tim pengawasan di lapangan untuk mengumpulkan masalah-masalah terkait tata niaga porang di Madiun. Tim ini akan mencari data yang sebenarnya terkait masalah porang tersebut.

Baca juga: Sejumlah petani porang Madiun beralih tanam tembakau hindari kerugian

Baca juga: Kehadiran pabrik porang gairahkan produksi petani di Bulukumba


"Apakah permasalahan ini terkait suplai dan permintaan atau ada permainan harga yang dilakukan mafia. Kalau ini kaitannya dengan permintaan dan penawaran, maka akan disiapkan antisipasinya. Sedangkan kalau kondisi ini bentuk kesengajaan dan ada permainan, pemerintah jelas ada agenda untuk menyikapinya," kata Bupati.

Adapun, tim yang diturunkan tidak hanya dari Pemkab Madiun saja, melainkan juga ada tim dari Provinsi Jatim. Saat ini, pihaknya terus berkomunikasi dengan Pemprov Jatim terkait hal itu.

Seorang petani porang asal Desa Pajaran, Kecamatan Saradan, Wisdianto mengatakan harga porang saat ini tidak menentu. Baik dari segi bibit maupun panennya.

Dia berharap harga porang bisa kembali stabil, sehingga petani bisa mendapatkan keuntungan dari menanam porang.

"Kami tidak minta harga porang seperti yang dulu bisa Rp12.000 per kilogram. Kami berharap harga porang bisa di angka Rp5.000 per kilogram. Itu petani sudah untung," kata dia.

Meski harga porang merosot, Wisdianto menyampaikan saat ini jumlah petani porang di desanya masih tetap banyak. Hal itu karena tanaman porang sudah ada sejak zaman dahulu sebelum terkenal akhir-akhir ini dan komoditas itu telah menjadi salah satu andalan warga setempat.

Harapan petani porang saat ini, pemerintah bisa memperbaiki tata niaga komoditas ekspor tersebut.

"Alhamdulillah Pak Bupati sudah memfasilitasi dan sudah menjembatani terkait permasalahan ini. Mudah-mudahan ke depan tinggal menunggu tata niaga porang ini bisa berjalan dengan baik," katanya.

Porang menjadi komoditas primadona di Kabupaten Madiun untuk diekspor ke Jepang, China dan sejumlah negara lainnya.

Porang tersebut diekspor dalam bentuk olahan chips (irisan tipis) kering maupun dalam bentuk tepung porang.

Karena sangat ekonomis, banyak warga Kabupaten Madiun yang menanam porang. Hal itu terlihat dari tren kenaikan luas lahan selama lima tahun terakhir.

Sesuai data Dinas Pertanian setempat, pada 2016 di Kabupaten Madiun terdapat 1.484 hektare lahan porang. Setahun kemudian bertambah menjadi 1.536 hektare dan pada 2018 mencapai 1.568 hektare.

Pada 2019 luas lahan porang mengalami lonjakan drastis menjadi 3.465 hektare. Kemudian, tahun 2020 bertambah menjadi seluas 5.363 hektare, dan dimungkinkan terus bertambah.

Pembudidayaan porang paling banyak terdapat di Desa Pajaran dan Klangon Kecamatan Saradan yang telah menanam porang puluhan tahun lamanya.

Baca juga: Gubernur Jatim tawarkan ekspor porang dan sarang burung walet ke China

Baca juga: Kemenperin fokus kembangkan hilirisasi industri porang

Pewarta: Louis Rika Stevani
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023