Jakarta (ANTARA News) - Indonesia baru bisa swasembada gula konsumsi masyarakat atau gula putih pada tahun 2009 sementara untuk gula mentah atau raw sugar untuk keperluan industri masih harus mengimpor. "Pada 2009 kita belum bisa swasembada gula industri dan baru untuk gula konsumsi masyarakat," kata Dirjen Perkebunan Departemen Pertanian Ahmad Manggabarani di sela kunjungannya ke Pabrik Gula Jati Tujuh, Kabupaten Majalengka, Jawa barat, Minggu. Untuk mencapai swasembada gula konsumsi tersebut, tambahnya, Ditjen Perkebunan menetapkan sasaran peningkatan produksi gula dari 2,24 juta ton pada 2005 menjadi 2,8 juta ton untuk 2009. Menurut Dirjen, pada 2009 konsumsi gula nasional dengan tingkat konsumsi per kapita 12kg/tahun maka secara keseluruhan untuk masyarakat mencapai 2,76 juta ton. Sedangkan konsumsi industri 2009 diperkirakan sekitar 893 ribu ton, sehingga total konsumsi gula nasional mencapai 3,6 juta ton. "Dengan tingkat konsumsi tersebut untuk masyarakat terjadi kelebihan produksi sedangkan bagi industri akan dilakukan impor," katanya. Manggabarani menyatakan, Departemen Pertanian akan melakukan berbagai upaya guna mencapai peningkatan produksi tersebut seperti rehabilitasi bibit tebu. Rehabilitasi dan ekspansi pabrik untuk meningkatkan kapasitas giling dan efisiensi atau rendemen. Selain itu juga melakukan rehabilitasi tanaman atau ratoon dan eksetensifikasi perkebunan ke luar Jawa. Ia menyatakan, untuk memperbaiki tanaman atau ratoon, pemerintah telah menyediakan dana seperti di Jawa Timur sebesar Rp180 miliar berupa dana bergulir untuk perbaikan keturunan dan pada 2007 akan dinaikkan sebesar Rp40 miliar. Menurut catatan Ditjen Perkebunan pada 2005 areal tanaman tebu di Indonesia seluas 381.786 ha dengan produktivitas tanaman 6,2 ton hablur/ha dan produksi nasional 2,24 juta ton. Untuk 2008 diperkirakan meningkat menjadi 405.597 ha dengan produktivitas tanaman 6,75 ton hablur/ha dan produksi gula nasional 2,73 juta ton, dan tingkat konsumsi 2,73 juta ton. Sedangkan 2009 luas areal diperkirakan mencapai 407.810 ha sementara produktivitas tanaman 6,9 ton hablur/ha dan produksi gula 2,85 juta ton serta tingkat konsumsi 2,79 juta ton. "Dengan demikian pada 2008 kita optimis sudah mampu swasembada gula konsumsi," katanya. Sementara itu Direktur PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) yang membawahi PG Jatitujuh, Rama Prihandana menyatakan, untuk meningkatkan kinerja pergulaan maka pihaknya menerapkan sejumlah strategi "Kami akan memproduksi gula yang berdaya saing dan berkualitas selain itu melakukan program penurunan harga pokok produksi gula," katanya. Untuk memproduksi gula yang berdaya saing dan berkualitas, upaya yang dilakukan seperti restrukturisasi pabrik gula dengan mencukupi kapasitas giling, mengoptimalkan lahan terbengkalai serta reposisi di tingkat hilir dengan memperpendek rantai perdagangan. Sedangkan penurunan harga pokok produksi gula dari Rp3.472/kg pada 2001 menjadi Rp2.762/kg pada 2005 dan pada 2006 menjadi Rp2.500/kg.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006