saya ingin membangkitkan perempuan mandiri
Denpasar (ANTARA) - Relawan Enzym Bali yang perhatian terhadap pemanfaatan ekoenzim menggelar kegiatan pemberdayaan perempuan dengan pelatihan pembuatan sabun.

Yuliani Djaya Negara selaku penasehat komunitas tersebut mengaku sengaja memberi pelatihan kepada perempuan terutama ibu di Bali, mengingat produksi sabun ekoenzim mudah dibuat di rumah dan mendorong kemandirian wanita.

“Saya ingin membangkitkan perempuan mandiri, wanita Bali harus mandiri, punya keterampilan dan ini (sabun ekoenzim, Red) bisa dibuat sambil jaga anak,” kata dia di Denpasar, Sabtu.

Di hadapan 30 perempuan yang berasal dari berbagai profesi, Yuliana yang berusia 74 tahun itu mempraktikkan proses pembuatan sabun herbal tersebut, namun sebelumnya seluruh peserta diminta membawa ekoenzim buatan sendiri sebagai bahan.

“Bahannya soda kaustik dengan air dan minyak. Pembuatannya air dulu, kemudian soda kaustik dimasukkan setelah dingin, karena air dikasi soda kaustik akan panas,” jelasnya kepada para peserta.

Baca juga: Senator Pastika dukung BTS edukasi masyarakat Bali manfaat ekoenzim
Baca juga: Cerahkan kulit, mahasiswa UNY olah daun petai cina jadi sabun


Selanjutnya setelah dingin campuran tersebut dapat ditambahkan minyak, lalu ditambah ekoenzim dan bahan herbal yang diinginkan lalu didiamkan, maka sabun dapat digunakan dua minggu kemudian.

Metode itu berbeda dengan sabun panas, Yuliana mengajarkan para peserta untuk membuat chip soap terlebih dahulu, jadi para peserta hanya tinggal memanaskan air dan berkreasi dengan bahan herbal yang diinginkan, lalu sabun bisa digunakan keesokan harinya.

Dengan pelatihan tersebut, Relawan Enzym Bali berharap para perempuan yang terlibat dapat memproduksi sabun herbal ini di lingkup keluarga terlebih dahulu.

Adapun tujuannya yaitu demi kesehatan, karena tak ada bahan kimia yang digunakan dan wewangian yang dipakai berasal dari minyak esensial sesuai selera dan keperluan seperti moringa, kelor, sereh, sitronela, atau liligundi untuk penghalau nyamuk.

“Kedua, untuk mendidik dan edukasi anak-anak bahwa herbal jangan dianggap sebelah mata, herbal secara empiris sudah diakui dan sekarang diteliti banyak, kan luar biasa,” kata Yuliana yang juga pengusaha sabun Bali Tangi.

Lebih jauh, ia berharap 3-4 bulan lagi para peserta sudah dapat memproduksi sendiri sabun ekoenzim, baik untuk keluarga, tetangga, atau bahkan dijual karena memiliki peluang bisnis yang menjanjikan.

“Sangat besar peluang bisnisnya, karena orang sudah tahu apa itu ekoenzim dan manfaatnya. Banyak testimoni setelah pakai sabun ekoenzim seperti jerawat dan flek yang berkurang,” jelasnya.

Baca juga: UP beri pelatihan pembuatan eco enzym dari sampah organik
Baca juga: FIK Muhammadiyah Palangkaraya latih siswa buat sabun berbahan rambusa


Salah satu peserta bernama Mitha Kunil (42) seorang ibu rumah tangga sekaligus pengusaha kue rumahan mengaku sengaja datang untuk belajar soal pemanfaatan ekoenzim.

Kepada media, Mitha bercerita bahwa di rumahnya ia kerap membuat ekoenzim sebagai pupuk tanaman, dan dengan ilmu baru ia yakin dapat mengolahnya di rumah tangga.

“Ini pertama kalinya dapat ilmu cara bikin sabun dengan ekoenzim dan mudah banget pasti bisa di rumah. Kalau untuk buka usaha belum sih, pengennya bikin sendiri dulu buat keluarga," kata dia
Penasehat Relawan Enzym Bali Yuliana Djaya Negara memegang sabun ekoenzim, Denpasar, Sabtu (27/5/2023). ANTARA/Ni Putu Putri Muliantari


Selama pelatihan yang berlokasi di Rumah Kebangsaan dan Kebhinekaan Pasraman Satyam Eva Jayate itu ia mengaku cukup kesulitan saat pengenalan bahan, namun Mitha optimis dapat membuatnya di rumah.

Baca juga: Karya ilmiah remaja SMPN 13 Magelang buat sabun daun ketepeng
Baca juga: Warga Kediri buat sabun berbahan baku madu

Pewarta: Ni Putu Putri Muliantari
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2023