Ledakannya sangat besar. Saat itu saya sedang duduk di toko. Saya melihat sesuatu yang mirip dengan bagian tubuh tergeletak di tanah."
Ankara (ANTARA News) - Ledakan di pintu masuk Kedutaan Besar Amerika Serikat di ibu kota Turki, Ankara, menewaskan setidaknya satu orang dan melukai beberapa lainnya pada Jumat.

Media negara di Turki, mengutip beberapa saksi, mengatakan bahwa serangan itu adalah bom bunuh diri.

Saksi mata dari Reuters melihat seorang yang terluka dibawa dengan ambulan sementara pihak kepolisian memasang garis polisi di sekitar area ledakan menyisakan asap dan puing di jalanan.

Beberapa laporan mengatakan bahwa dua petugas keamanan tewas akibat ledakan. Sementara pihak kepolisian hingga kini belum memberikan keterangan.

Tayangan di televisi menunjukkan pintu dan dinding hancur berserakan meskipun tidak ada kerusakan parah terhadap gedung kedutaan.

"Ledakannya sangat besar. Saat itu saya sedang duduk di toko. Saya melihat sesuatu yang mirip dengan bagian tubuh tergeletak di tanah," kata seorang agen perjalanan Kamiyar Barnos yang kaca jendela tokonya hancur.

Toko Kamiyar terletak sekitar 100 meter dari ledakan.

Pada masa lalu, hampir semua kelompok militan di Turki, baik radikal Islam, radikal kiri, radikal kanan, maupun militan separatis Kurdi pernah melakukan serangan serupa.

Ancaman keamanan domestik di Turki saat ini berasal dari Partai Pekerja Kurdistan (Kurdistan Workers Party-PKK), yang disebut sebagai kelompok teroris oleh Amerika Serikat, Uni Eropa dan Turki.

Namun, sebagian besar target serangan PKK adalah dari domestik.

Di sisi lain, Turki baru-baru ini memimpin desakan adanya intervensi internasional untuk menyelesaikan perang saudara di Suriah.

Negara tersebut juga menjadi tuan rumah ratusan prajurit NATO dari Amerika Serikat, Jerman, dan juga Belanda yang saat ini sedang mengoperasikan sistem pertahanan rudal Patriot di perbatasan Suriah.

Patriot buatan Amerika Serikat itu diperkirakan dapat diaktifkan dalam beberapa hari ke depan.

Serangan paling besar yang sejenis terakhir kali terjadi di Turki pada November 2003. Saat itu sebuah mobil yang membawa bom menghancurkan dua sinagog, membunuh 30 orang dan melukai 146.

Pihak yang berwenang mengatakan bahwa Al Qaida bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Dua minggu setelah peristiwa itu, dua bom kembali meledak menewaskan 32 orang dan menyebabkan salah satu bagian dari kantor pusat HSBC serta konsulat Inggris hancur. (G005)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013