Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan pernyataan untuk mewaspadai adanya potensi El Nino atau musim kemarau ekstrem pada 2023 yang akan menyebabkan penurunan curah hujan di Indonesia.

Kewaspadaan untuk menghadapi musim kemarau ekstrem yang diperkirakan terjadi pada Juli-Agustus 2023 tersebut memang diperlukan. Terlebih, dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, khususnya di Indonesia terjadi La Nina, atau kondisi yang berkebalikan dengan El Nino.

La Nina, berdasarkan BMKG merupakan fenomena Suhu Muka Laut (SML) di Samudera Pasifik bagian tengah yang mengalami pendinginan, di bawah kondisi normal. Hal itu, mengurangi potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik dan meningkatkan curah hujan di Indonesia.

Dengan kondisi tersebut, selama terjadi La Nina di Indonesia, sektor pertanian di dalam negeri hampir tidak terpengaruh. Produktivitas pertanian bisa dilakukan optimalisasi karena sumber air melimpah.

Bagi sebagian orang, dengan datangnya El Nino mungkin akan memunculkan kelegaan. Tidak ada lagi curah hujan tinggi yang menyebabkan banjir dan genangan air di sejumlah daerah di Indonesia yang mengganggu aktivitas.

Para ibu rumah tangga juga akan tersenyum karena pakaian yang dicuci setiap hari bisa cepat kering meskipun cuaca terik. Belum lagi pesona keindahan langit senja nan cerah yang bisa dinikmati saat mulai menutup aktivitas harian.

Namun, keindahan yang muncul dengan semburat senja pada musim kemarau juga menyimpan potensi untuk mengganggu hasil produksi pertanian. Tanaman pangan seperti padi yang membutuhkan banyak air untuk tumbuh optimal.

Berdasarkan laman Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, ada sejumlah dampak yang harus diwaspadai seperti terjadinya kekeringan, yang bisa menghambat pertumbuhan tanaman pangan atau bahkan gagal panen.

Kemudian, terjadinya El Nino juga diperkirakan mengganggu musim tanam para petani, memunculkan hama penyakit, menurunkan kualitas tanaman pangan. Dengan kondisi itu, satu hal yang menjadi perhatian utama, pasokan bahan pangan pokok untuk masyarakat.

Pasokan bahan pangan pokok seperti beras, harus bisa dijamin ketersediaannya oleh pemerintah, dalam kondisi apapun. Dengan hukum pasar yang ada, pada saat stok berkurang akibat gangguan El Nino, akan berdampak pada kenaikan harga bahan pokok penting.

Pasokan bahan pangan seperti beras, merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk dijaga. Hal itu dikarenakan mayoritas masyarakat Indonesia masih menjadikan komoditas tersebut bahan makanan utama dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) harga komoditas beras eceran pada April 2023 tercatat mengalami kenaikan sebesar 11,34 persen secara Year on Year (YoY) dan naik 0,48 persen secara month to month (mtm).

Dengan kecenderungan kenaikan harga tersebut, ditambah dengan fenomena El Nino, pemerintah perlu mengambil sejumlah langkah untuk mengendalikan harga komoditas penting tersebut akibat tekanan dari sisi produksi.

Langkah antisipasi

Langkah-langkah antisipasi yang perlu disiapkan oleh pemerintah untuk mengendalikan harga komoditas pangan penting tersebut, salah satunya adalah dengan menjamin bahwa pasokan bahan pokok itu mencukupi selama periode terjadinya El Nino.

Pemenuhan pasokan bahan pangan penting tersebut, memang seharusnya dipasok dari dalam negeri dengan melakukan optimalisasi sektor-sektor pertanian. Namun, jika memang dirasa produktivitas sangat terganggu akibat El Nino, pemerintah memiliki opsi untuk importasi.

Pemerintah, sudah memutuskan untuk mengimpor beras dari Thailand dan Vietnam pada 2023 dengan jumlah sebanyak dua juta ton yang akan dilakukan oleh Perum Bulog. Impor tersebut, salah satunya untuk mengantisipasi El Nino dan menambah cadangan beras pemerintah (CBP).

Meskipun keputusan untuk mengimpor beras sudah diambil, namun bukan berarti kondisi sudah aman. Pemerintah tetap harus menyiapkan sejumlah langkah untuk memastikan bahwa produksi beras di dalam negeri bisa tetap berjalan saat terjadi musim kemarau ekstrem.

Peneliti Senior Pusat Penelitian Kebijakan Ekonomi (PPKE) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Brawijaya, Joko Budi Santoso, mengatakan bahwa ada sejumlah hal yang harus menjadi perhatian pemerintah untuk mengantisipasi datangnya El Nino.

Dalam jangka pendek diperlukan perbaikan manajemen informasi kebutuhan bahan pangan untuk industri dan rumah tangga yang berkesinambungan. Keberadaan data-data kebutuhan pangan tersebut, akan menjadi acuan pengambilan kebijakan.

Dengan data-data yang lengkap dan akurat, pemerintah akan mampu mengambil langkah yang tepat sasaran untuk mengatasi sejumlah persoalan. Optimalisasi peranan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) juga harus dilakukan.

Keberadaan TPID, akan memperkuat data-data yang dimiliki oleh pemerintah khususnya terkait keamanan pasokan bahan pokok penting. Pada saat terjadi kekurangan pasokan di suatu wilayah, dengan data yang akurat, dengan mudah pemerintah akan menyuplai kebutuhan.

Sebaliknya, pada saat suatu daerah memiliki produksi yang cukup tinggi, bisa segera disalurkan ke wilayah lain yang kekurangan. Kemutakhiran data pangan tersebut, bukan hanya penting untuk pengambilan kebijakan dalam mengantisipasi El Nino, tapi juga secara jangka panjang.

Dengan manajemen informasi harga serta produksi pangan, menjadi landasan untuk memperkuat kerja sama antar negara maupun antar daerah guna menjaga pasokan komoditas pangan. 

Optimalisasi Saluran Irigasi

Selain memperkuat sistem informasi kebutuhan pangan yang berkesinambungan, upaya lain yang bisa dilakukan adalah dengan mengoptimalisasi keberadaan saluran irigasi, termasuk waduk untuk menjamin produksi padi tetap berjalan saat terjadi El Nino.

Sebagai contoh, wilayah Kabupaten Malang, Jawa Timur, merupakan salah satu sentra penghasil beras. Wilayah Kabupaten Malang memiliki luas areal persawahan mencapai 45.888 hektare dengan luas tanam mencapai 70.000-74.000 hektare per tahun.

Jika pasokan air berkurang, maka juga akan mengancam penurunan areal luas tanam. Dengan luas areal tanam yang berkurang, maka bisa dipastikan produktivitas pertanian juga akan mengalami penurunan yang berdampak terhadap pasokan bahan pangan pokok.

Pemerintah Kabupaten Malang sudah menyiapkan sejumlah skema untuk mengantisipasi datangnya El Nino yang dikhawatirkan bisa memberikan dampak terhadap sektor pertanian, mengingat berdasar proyeksi BMKG, Jawa Timur merupakan salah satu wilayah terdampak.

Berdasar data BPS, wilayah Kabupaten Malang yang pada 2022 lalu mampu memproduksi 501.679 ton padi atau setara dengan 323.110 ton beras. Sementara konsumsi beras penduduk setempat tercatat sebanyak 241.328 ton, atau tercatat surplus 81 ribu ton beras.

Dengan status sebagai produsen beras di wilayah Jawa Timur, penting untuk menjaga produksi pangan saat terjadi El Nino. Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (DTPHP) Kabupaten Malang melakukan optimalisasi penggunaan saluran irigasi saat kemarau ekstrem

Pemerintah Kabupaten Malang sudah melakukan pembersihan dan pemeliharaan saluran irigasi serta embung atau danau kecil penampung air. Pemeliharaan itu, akan dipergunakan untuk mengalirkan air di sejumlah wilayah sentra produksi pertanian.

Di Kabupaten Malang, ada sejumlah wilayah yang telah menerapkan penggunaan saluran irigasi untuk keperluan pengairan areal pertanian dan perkebunan. Sejumlah area itu antara lain  Kecamatan Pujon, Kecamatan Ngantang, Kecamatan Donomulyo dan Kecamatan Pagak.

Dengan optimalisasi penggunaan sistem irigasi perpipaan, secara teknis dinilai lebih efisien dibandingkan dengan sistem irigasi konvensional. Hal tersebut karena debit aliran air bisa dipertahankan untuk memastikan suplai air ke areal pertanian.

Langkah yang disiapkan oleh Pemerintah Kabupaten Malang tersebut tentunya juga harus diikuti daerah-daerah lain di Indonesia dengan menyesuaikan kondisi wilayah. Tidak semua wilayah memiliki kondisi yang sama untuk mengantisipasi fenomena EL Nino.

El Nino pada 2023 bukan merupakan yang pertama kali dihadapi Indonesia. Indonesia pernah mengalami fenomena serupa pada tahun-tahun sebelumnya. Namun, pada 2023, Indonesia harus lebih siap untuk menghadapi fenomena tersebut.

Selaras perkembangan zaman, khususnya dalam penggunaan teknologi digital untuk mendapatkan data akurat terkait dampak El Nno, harus dimanfaatkan untuk pengambilan kebijakan-kebijakan yang tepat, agar pasokan pangan masyarakat tetap terjamin.

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2023