Yogyakarta (ANTARA News) - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta menyatakan, aktivitas Gunung Merapi saat ini terus menurun dibandingkan beberapa hari terakhir, tetapi penentuan apakah level status awas juga akan diturunkan masih akan dilihat perkembangannya. "Yang akan memutuskannya adalah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung," kata Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTK Yogyakarta, Subandriyo, Senin. Menurut dia, BPPTK sudah melaporkan penurunan aktivitas Merapi kepada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung, tetapi soal statusnya apakah diturunkan atau tidak, tergantung pada institusi tersebut. Ia mengatakan, penurunan aktivitas Merapi ditandai dengan jumlah semburan awan panas yang lebih sedikit dibandingkan sebelumnya, meski jarak luncur ada yang masih empat kilometer ke arah hulu Kali Gendol. "Kalau dibandingkan dengan semburan awan panas pada 10 Juni sebanyak 34 kali dan 11 Juni 20 kali, hari ini hingga pukul 15.00 WIB hanya 12 kali," katanya. Penurunan aktivitas Merapi, menurut dia, juga ditandai dengan guguran material yang semakin sedikit, yakni kalau sebelumnya mencapai 337 kali, maka pada Senin hanya 299 kali. Sedangkan, Merapi membawa gempa fase banyak yang sebelumnya 20 kali, sekarang hanya satu kali. Begitu juga dengan gempa tektonik yang sebelumnya tercatat 10 kali, sekarang tidak ada sama sekali. Namun, menurut Subandriyo, meski aktivitas Merapi menurun, belum bisa dikatakan telah menunjukkan kecenderungan menurun, artinya untuk memastikan kecenderungan menurun tersebut masih membutuhkan waktu tiga sampai empat hari. "Kita tunggu perkembangan dalam tiga sampai empat hari ke depan. Artinya, meski aktivitas Merapi relatif menurun, tetapi masih dikatakan fluktuatif, terkadang bisa naik kembali, dan hal ini harus terus dicermati," ujarnya. Penurunan juga terlihat pada ketinggian kubah lava baru yang sekarang turun sekitar dua meter setelah pada 9 Juni lalu terjadi awan panas terus menerus dari pukul 15.51 sampai 20.00 WIB. Kejadian itu telah melongsorkan material vulkanik sekitar 1,3 juta meter kubik. "Kalau dilihat secara keseluruhan sejak beberapa hari lalu ketika awan panas keluar terus menerus, penurunan kuba lava baru sudah mencapai 25 meter dari ketinggian sebelumnya 120 meter," katanya. Ketika ditanya pers mengenai kemungkinan aktivitas awan panas meningkat, ia mengatakan, kecil kecuali ada aktivitas baru di luar perkiraan. Ia juga mengingatkan kembali bahwa luncuran awan panas masih dominan ke hulu Kali Gendol, sebagian ke Kali Krasak dan Boyong, serta luncuran awan panas ini belum menjangkau permukiman penduduk. Melihat perkembangan terakhir, ia mengemukakan, seandainya terjadi awan panas yang cukup besar, tidak akan mencapai permukiman penduduk. "Begitu juga dengan volume kubah lava baru yang sekarang mencapai tiga juta meter kubik. Seandainya longsor semua masih tertampung di sekitar Bukit Kendil. Jadi, tidak akan menjangkau permukiman penduduk," demikian Subandriyo. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006