Kediri (ANTARA) - Maestro tari dunia Didik Nini Thowok memeriahkan pagelaran tari di Pura Calonarang Putuk, Kecamatan Kandangan, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.

Didik Nini Thowok, Minggu mengatakan dalam pagelaran ini dirinya membuat karya dengan judul "Dwimuka Ardhanareswari".

"Ini menggambarkan dualisme dalam diri manusia seperti baik dan buruk, Uma dan Durga, Yin dan Yang," katanya di Kediri.

Baca juga: Didik Nini Thowok ramaikan #LathiChallenge

Pihaknya menjelaskan, dalam koreografi ini digambarkan bahwa Ratu Girah/ Ratu Calonarang, yang merupakan seorang ratu sakti dengan ilmu Tantra Bhairawa, saat marah dan mengeluarkan kesaktiannya yang bisa menghancurkan sekelilingnya.

"Hal ini yang menyebabkan Calonarang dianggap sebagai dukun ilmu hitam dan jahat, sehingga tidak tampak sisi baiknya sama sekali. Padahal tidak seperti itu kenyataanya," kata Didik Nini Thowok.

Baca juga: Orkestra Melbourne berkolaborasi dengan Didik Nini Thowok

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kediri Adi Suwignyo mengapresiasi pagelaran tari yang telah digelar dengan menampilkan maestro tari Didik Nini Thowok.

"Kami mengapresiasi pagelaran ini, sebab merupakan kekayaan tutur yang sangat terkenal di Kabupaten Kediri bahkan mendunia sejak ribuan tahun. Pelurusan sejarah seiring berkembangnya zaman juga perlu dilakukan," kata Adi.

Baca juga: Ayah Didik Nini Thowok tutup usia

Ia menambahkan, Ratu Calonarang sisi baiknya dan milik Kabupaten Kediri. Terbukti saat ini wisatawan-wisatawan dari Bali banyak yang berkunjung ke Kediri, baik di Situs Calonarang maupun Pura Calonarang.

Penanggungjawab Pura Dalem Calonarang di Desa Putuk, Kecamatan Kandangan, Kabupaten Kediri Jero Wayan Suranta mengatakan selama ini doktrin yang ditanamkan menyatakan bahwa Ratu Calonarang atau Nyi Girah/ Janda Girah adalah seorang yang jahat. Hal ini juga telah mendarah daging sejak ribuan tahun lalu.

"Munculnya hal jelek kepada Ratu Calonarang itu tak lebih karena faktor politik di era kekuasaan Raja Kahuripan Airlangga. Raja tersebut memiliki darah Bali dan berkuasa di Dhaha Kediri dengan ibukota Dhahanapura. Kekuasannya berakhir pada tahun 1042," katanya.

Baca juga: Didik Nini Thowok bantu Bupati Kulon Progo kembangkan budaya

Jero Wayan mengungkapkan jika dirinya adalah asli Bali dan mendapat anugerah pernah ditolong oleh Ratu Calonarang. Saat itu, istrinya sedang koma dan kemudian sembuh setelah dirinya mengklaim bertemu dengan Ratu Calonarang.

"Kemudian saya mencari dimana Ratu Calonarang itu berada, dan ternyata ada di Situs Calonarang di Desa Sukorejo, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri," ujar dia.

Dirinya mengaku bahwa Ratu Calonarang ingin disempurnakan di tempat yang baru di Kediri. Lokasi itu kemudian dibangun Pura Calonarang, berada di Putuk Kandangan Kabupaten Kediri, pada 2017.

Baca juga: Padepokan Didik Nini Thowok akan dibangun di Bukti Menoreh

Ia mengatakan, Ratu Calonarang adalah milik Kabupaten Kediri. Pendapat itu dipertegasnya. Selain itu, dirinya juga berharap nama Ratu Calonarang dibersihkan.

"Ada tiga hal pertama bahwa Walu Nata ing Dirah/ Ratu Calonarang bukan rajannya ratu hitam/ raja ilmu leak. Kedua, Ratu Calonarang bukanlah janda karena beliau adalah istri dari Mpu Kuturan, Ketiga sebutan Ratu Dirah harus diluruksan sesuai yang berkembang di Kediri yakni Ratu Girah yang kemudian menjadi toponim wilayah saat ini yakni Gurah Kabupaten Kediri," kata dia.

Kegiatan tersebut digelar di Pura Calonarang Putuk, Kecamatan Kandangan, Kabupaten Kediri, dihadiri puluhan masyarakat. Acara juga digelar dengan meriah dan sukses.

Pewarta: Asmaul Chusna
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2023