Jakarta (ANTARA) - Ekonom sekaligus Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira berpendapat upaya dekarbonisasi dapat membantu menjaga kestabilan Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia.

“Saya pikir dekarbonisasi ini solusi jangka pendek untuk PMI. Jadi, begitu industri berencana dekarbonisasi, akan ada lebih banyak calon investor yang siap membiayai,” kata Bhima dalam webinar Green Economy Forum 2023 yang dipantau secara virtual di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, akan ada banyak investor yang siap membiayai meski pelaku industri baru sampai pada tahap perencanaan, belum sampai implementasi secara riil.

Terlebih, sambung dia, kapasitas produksi membutuhkan pembiayaan dari suku bunga. Oleh karena itu, pelaku industri bisa mendapatkan diskon suku bunga bila ada rencana transisi dekarbonisasi yang jelas.

Selain itu, industri Indonesia saat ini sedang berorientasi pada ekspor. Sementara negara tujuan ekspor umumnya menerapkan standar lingkungan yang makin ketat.

Bila negara tujuan ekspor diketahui terindikasi menggunakan bahan-bahan yang tidak ramah lingkungan, maka negara tersebut bisa terkena sanksi.

“Misal kalau ada industri otomotif yang bahan bahannya itu diambil dari karet alam. Lalu, dilacak rantai pasoknya dan ternyata ada deforestasi. Itu bisa jadi satu negara kena sanksi,” jelas dia.

Skenario lainnya adalah bila ada perangkat komponen lain yang tidak menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan, maka akan ada pengenaan biaya pajak tambahan.

Oleh karena itu, bila Indonesia ingin mempertahankan pasar ekspor, maka pelaku industri harus mempersiapkan standardisasi terkait dekarbonisasi.

“Sekarang makroekonomi memang sedang tidak mendukung, tapi kalau kita ingin mempertahankan ekspor, mau tidak mau kita harus mempersiapkan standardisasi,” ujar Bhima.

Diketahui, hasil survei S&P Global menunjukkan PMI manufaktur Indonesia pada Mei 2023 berada di level 50,3. Angka tersebut menurun 2,4 poin bila dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat berada pada level 52,7.

Penurunan tersebut diduga karena ada penurunan permintaan baru dari sisi domestik maupun luar negeri, imbas dari pelemahan ekonomi.

Baca juga: Ekonom: Dekarbonisasi berkorelasi dengan kenaikan kinerja industri

Baca juga: Luhut ajak semua pihak lakukan aksi nyata wujudkan dekarbonisasi


Pewarta: Imamatul Silfia
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2023