Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan saat ini masyarakat kian tertarik dengan produk-produk pertanian organik, karena dianggap lebih sehat dan baik bagi lingkungan.
 
Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan (ORPP) BRIN, Puji Lestari mengatakan konsumen telah mengerti bahwa pemakaian pupuk dan pengendali hama sintetis meninggalkan residu dan merusak biodiversitas.
 
"Permintaan produk organik terus meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran konsumen. Di Indonesia, beberapa pertanian organik sudah memperoleh akreditasi," ujarnya dalam diskusi bertajuk sistem pertanian organik di Jakarta, Rabu.

Baca juga: Petani organik andalkan sumur resapan-jaringan irigasi hadapi El Nino
 
Puji menjelaskan sistem pertanian organik berorientasi kepada bahan alami, tidak mengandung bahan-bahan kimia sintetis ataupun rekayasa genetik.
 
Teknik budi daya pertanian organik mendorong petani untuk meningkatkan produksi, pendapatan, dan berwawasan lingkungan yang berkelanjutan ke depan.

"Tujuannya tentu saja pertanian organik ini bagaimana kita menjadikan produk pertanian terutama pangan yang aman bagi kesehatan," kata Puji.
 
Pertanian organik lahir atas kesadaran masyarakat terhadap lingkungan, protes residu bahan beracun pada produk pertanian, dan peluang pasar, karena pertanian organik lebih mahal.
 
Tiga pilar pertanian organik adalah ekonomi (daya saing dan pendapatan), sosial (lapangan kerja dan kesehatan), serta lingkungan (biodiversitas dan pencemaran).
 
Kepala Pusat Riset dan Perkebunan BRIN, Dwinita Wikan Utami menuturkan perkembangan gaya hidup itulah yang membuat orang-orang mulai beralih ke makanan sehat dan organik.
 
"Pertanian organik tidak saja pada produknya, tetapi melibatkan prosesnya dari mulai budi daya, panen, pengolahan hingga setelah panen," katanya.
 
Berdasarkan data Asosiasi Perdagangan Organik (OTA), konsumsi produk organik di Amerika Serikat dan Eropa terus mengalami peningkatan.
 
Pada 2008, penjualan makanan organik di Amerika Serikat tercatat sebesar 20 miliar dolar AS dan meningkat menjadi sekitar 57 miliar dolar AS pada tahun 2021.

Baca juga: Teknologi EM dukung pertanian organik dan ramah lingkungan

Baca juga: Peneliti: Penggunaan pupuk organik bisa pulihkan lahan pertanian
 
Sedangkan di Eropa, angka penjualan makanan organik sebesar 24 miliar dolar AS pada 2008 dan melesat menjadi 58 miliar dolar AS pada tahun 2021.
 
Lembaga Sertifikasi Organik Indonesia (Inofice) mencatat jumlah pelaku usaha tersertifikasi di Indonesia saat ini mencapai hampir 800 sertifikat organik, baik itu hortikultura, perkebunan, pupuk, hingga pestisida.
 
"Perkembangan organik di Indonesia sangat tinggi terlebih ada instruksi Presiden Joko Widodo agar petani tidak ketergantungan terhadap pupuk sintetis dan pestisida sintetis," kata Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Hortikultura dan Perkebunan BRIN, Agus Kardinan menambahkan.

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2023