Inklusi disabilitas telah menjadi perjalanan pembelajaran bersama bagi kita semua ...
Jakarta (ANTARA) - Suara menakjubkan yang dilantunkan oleh Putri Ariani tiba-tiba berkumandang di seluruh dunia setelah penyanyi disabilitas ini meraih Golden  Buzzer di America's Got Talent!

Pada saat sama, para atlet Indonesia berjuang memperebutkan medali emas dalam Pesta Olahraga Penyandang Disabilitas Asia Tenggara (Paragames) di Kamboja.

Para penyandang disabilitas menjadi sorotan saat ini, tentu saja, dengan alasan yang kuat. Kehadiran mereka di panggung dunia juga menyoroti fakta bahwa orang-orang dengan disabilitas, yang merupakan kelompok minoritas di Indonesia, keberadaannya sering kali tidak terlihat.

Indonesia sebagai anggota dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menghargai inklusivitas dan keragaman sehingga dengan demikian juga melindungi minoritas dan kelompok yang kurang beruntung. Ketika membicarakan dunia kerja, salah satu kelompok yang sejarahnya tidak beruntung di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia, adalah mereka yang hidup dengan disabilitas.

PBB di Indonesia berupaya untuk mengubah hal tersebut. Baru-baru ini kami menyambut lebih dari 200 orang penyandang disabilitas dalam sesi sumber daya manusia (SDM) yang diselenggarakan pada bulan lalu, tempat para peserta dapat mempelajari prosedur dan proses perekrutan di 22 lembaga PBB yang beroperasi di Indonesia.

Acara ini merupakan salah satu yang pertama di Indonesia, yang secara khusus dirancang untuk memudahkan penyandang disabilitas mengakses peluang pekerjaan.

Minat yang meluap-luap hanya semakin menguatkan keyakinan kami bahwa lebih banyak yang harus dilakukan untuk menciptakan peluang bagi para penyandang disabilitas.

Hal ini sejalan dengan moto dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) "No One Left Behind".

Meskipun usaha kami terbilang kecil, kami berharap langkah kecil ini memulai sebuah gerakan untuk memasukkan mereka yang hidup dengan disabilitas sebagai bagian dari tenaga kerja di Indonesia.

Kekuatan kerja yang kaya diwujudkan oleh tenaga kerja yang lebih beragam dan memberikan manfaat tidak hanya bagi sebuah perusahaan atau organisasi, tetapi juga bagi masyarakat secara keseluruhan.

Saat ini, menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), hanya 11 persen orang dewasa penyandang disabilitas di Indonesia yang bekerja atau bersekolah, dibandingkan dengan 66 persen dari populasi lainnya.

Hal ini bukan hanya tidak adil, melainkan juga tidak masuk akal secara ekonomi.

Realitas ini merupakan pemborosan sumber daya berharga, padahal potensi manusia yang dapat digunakan untuk memacu pertumbuhan ekonomi seharusnya dapat lebih tinggi lagi dan inklusif.

Indonesia adalah salah satu dari hanya 10 negara dalam PBB yang menjadi percontohan implementasi Strategi Inklusi Disabilitas PBB.

PBB telah mencapai kemajuan signifikan dalam meningkatkan aksesibilitas kantor utama kami di Jakarta dengan melatih ratusan staf tentang kesadaran terhadap disabilitas, dan mengubah situs web dan produk komunikasi kami agar memenuhi kebutuhan mereka yang hidup dengan disabilitas.

Setelah fokus kami sebelumnya pada kesetaraan gender dan inklusi anak muda, PBB di Indonesia menyadari bahwa masih banyak yang dapat, dan seharusnya, dilakukan untuk meningkatkan prospek salah satu kelompok yang paling terabaikan: para penyandang disabilitas.

Namun, meskipun terdapat perubahan infrastruktur yang terlihat pada kantor utama kami di Jakarta Pusat yang sekarang dapat diakses oleh kursi roda, perubahan pola pikir dan kesadaran jauh lebih penting.

Tujuan kami adalah mendorong empati dan pemahaman yang lebih besar di antara staf kami terhadap orang-orang dengan disabilitas, mengantisipasi tantangan yang mungkin mereka hadapi saat berinteraksi dengan kerja-kerja PBB, dan menyesuaikan praktik kerja kami agar lebih inklusif.

Mengakomodasi disabilitas dalam proyek PBB


Lebih dari 200 staf PBB di Indonesia telah mengikuti pelatihan untuk mempelajari praktik terbaik untuk membantu orang-orang dengan disabilitas, seperti membuat dokumen, spreadsheet, dan file presentasi dapat diakses oleh penyandang disabilitas, memastikan teks terjemahan yang tersedia, dan memeriksa apakah perlu dilakukan penyesuaian pada dokumen dan publikasi.

Langkah-langkah ini sangat penting dalam mencapai inklusivitas. Namun, perubahan yang benar-benar akan mengubah keadaan bagi mereka dengan kemampuan yang berbeda adalah membuka kesempatan untuk mereka berpartisipasi dalam pasar kerja.

Dan, inilah yang menjadi tantangan berikutnya bagi kami dalam hal inklusi. Proses perekrutan  PBB memang kompleks--,tetapi memastikan bahwa kami sepenuhnya terbuka bagi kandidat penyandang disabilitas dan secara aktif mendorong mereka untuk melamar--adalah langkah-langkah penting.

Kami tidak hanya berfokus pada inklusi disabilitas di internal organisasi kami, tetapi juga dalam proyek-proyek kami yang dilaksanakan bekerja sama dengan Pemerintah.

PBB memiliki sekitar 2000 pekerja di Indonesia, namun proyek-proyek pembangunan kami, yang mencakup berbagai bidang seperti pengembangan industri, modernisasi pertanian, dan reformasi perawatan kesehatan lokal, mencapai jutaan orang setiap tahunnya.

Memastikan para penyandang disabilitas terlibat dalam proyek-proyek ini menjadi kunci penting. Oleh karena itu, kami saat ini terlibat langsung dengan organisasi-organisasi yang mewakili dan mendukung penyandang disabilitas untuk berkonsultasi dalam pembuatan kebijakan dan memberikan saran mengenai berbagai kebijakan.

Inklusi disabilitas telah menjadi perjalanan pembelajaran bersama bagi kita semua, yang mempertanyakan asumsi yang telah ada sejak lama dan menjadi benar-benar empatik, sehingga menyesuaikan siapa kita, apa yang kita lakukan, dan cara kita melakukannya terhadap orang-orang dengan disabilitas, tidak dianggap sebagai langkah tambahan, tetapi sebagai bagian alami dari proses kerja.

Orang-orang dengan disabilitas pada dasarnya adalah manusia. Tanggung jawab ada pada kita untuk mengubah persepsi dan tindakan kita untuk menjadikan dunia tempat yang ramah bagi semua orang.

*Afke Bootsman adalah Kepala Kantor Perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Indonesia.

*Artikel tersebut merupakan opini penulis, tidak mewakili pandangan dan kebijakan redaksi ANTARA



 

Copyright © ANTARA 2023