Indeks dolar terakhir berdiri di 103,41 di perdagangan Asia pada Jumat sore, setelah kehilangan lebih dari 0,7 persen di sesi sebelumnya
Singapura (ANTARA) - Dolar melemah di sesi Asia pada Jumat sore, terseret oleh imbal hasil obligasi Pemerintah AS yang lebih rendah setelah lonjakan klaim pengangguran mingguan meningkatkan harapan bahwa puncak suku bunga AS sudah dekat, ketika fokus beralih ke pertemuan Federal Reserve pekan depan. Jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran melonjak ke level tertinggi dalam lebih dari 1,5 tahun minggu lalu, data pada Kamis (8/6/2023) menunjukkan, meskipun PHK mungkin tidak meningkat karena data mencakup liburan Memorial Day, yang dapat menyuntikkan beberapa volatilitas.

Meskipun demikian, itu cukup untuk menjatuhkan dolar AS ke tingkat terendah lebih dari dua minggu terhadap sekeranjang mata uang di sesi sebelumnya, karena investor menganggap data tersebut sebagai tanda bahwa pasar tenaga kerja AS sedang melambat.

Indeks dolar terakhir berdiri di 103,41 di perdagangan Asia pada Jumat sore, setelah kehilangan lebih dari 0,7 persen di sesi sebelumnya, penurunan harian terbesar dalam beberapa minggu.

Indeks, yang mengukur mata uang AS terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,6 persen untuk minggu ini, ditetapkan untuk minggu terburuk sejak pertengahan Maret.

Terhadap yen Jepang, greenback merosot ke level terendah satu minggu di 138,765, mengikuti penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS. Yen diambil 139,27 per dolar.

Imbal hasil acuan obligasi pemerintah AS 10-tahun terakhir bertahan di 3,7317 persen, setelah jatuh 7 basis poin pada Kamis (8/6/2023). Imbal hasil dua tahun, yang biasanya bergerak sejalan dengan ekspektasi suku bunga, stabil di 4,5261 persen.

Baca juga: Dolar turun di Asia tertekan lonjakan klaim pengangguran AS, fokus Fed

Baca juga: Dolar turun di Asia, pedagang pertimbangkan suku bunga AS lebih tinggi


"Kami memang berpikir bahwa AS, seperti banyak ekonomi lainnya, akan mengalami resesi dangkal tahun ini. Jadi itu akan terlihat dalam angka gaji dan klaim pengangguran dan angka-angka semacam ini," kata Jarrod Kerr, kepala ekonom di Kiwibank.

Di tempat lain, sterling menyentuh level tertinggi hampir satu bulan di 1,2564 dolar, sementara kiwi turun 0,11 persen menjadi 0,6089 dolar AS.

Lira Turki jatuh lebih dari satu persen terhadap dolar ke rekor terendah 23,54 setelah Presiden Tayyip Erdogan menunjuk Hafize Gaye Erkan, seorang eksekutif keuangan di Amerika Serikat, untuk mengepalai bank sentral Turki.

"Kembali ke ortodoksi kebijakan tampaknya tak terhindarkan mengingat cadangan devisa yang berkurang secara material dan inflasi 40 persen," kata Mohammed Elmi, manajer portofolio senior untuk pendapatan tetap pasar negara berkembang di Federated Hermes.

Pasar sekarang mengalihkan perhatian mereka ke minggu mendatang yang akan melihat Federal Reserve, Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank Sentral Jepang (BOJ) mengumumkan keputusan suku bunga setelah pertemuan kebijakan masing-masing.

The Fed menjadi pusat perhatian, dengan pasar uang condong ke arah jeda, meskipun mereka memperkirakan peluang 25 persen bahwa bank sentral AS memberikan kenaikan suku bunga 25 basis poin.

"Perlambatan ekonomi AS memberi ruang bagi Fed untuk berhenti setelah kenaikan suku bunga 500 basis poin berturut-turut," kata Guillermo Felices, ahli strategi investasi global di PGIM Fixed Income.

"Pertanyaan kunci untuk pasar adalah apakah Fed akan melewatkan kenaikan pada Juni dan melanjutkan kampanye pengetatan mereka pada Juli."

Sementara itu, mayoritas ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan ECB akan menaikkan suku bunga utamanya sebesar 25 basis poin pada 15 Juni dan sekali lagi pada Juli sebelum berhenti untuk sisa tahun ini karena inflasi masih kuat.

Euro terakhir stabil di 1,0776 dolar, mendekati level tertinggi dua minggu Kamis (8/6/2023) di 1,0787 dolar. Mata uang tunggal naik 0,6 persen untuk minggu ini dan akan menghentikan penurunan beruntun empat minggu.

Dolar Kanada terakhir dibeli 1,3371 per dolar AS tidak jauh dari level tertinggi satu bulan di 1,3321 yang dicapai pada Rabu (7/6/2023), sementara Aussie berada di dekat puncak sekitar satu bulan di 0,6711 dolar AS.

Kedua mata uang tersebut mendapat dukungan dari kenaikan suku bunga kejutan oleh bank sentral masing-masing minggu ini, yang menyebabkan pasar merevisi ekspektasi mereka untuk puncak suku bunga global.

Yuan China melemah karena deflasi gerbang pabrik yang mendalam menambah kekhawatiran investor tentang pemulihan ekonomi negara yang rapuh.

Baca juga: Dolar turun di Asia, pedagang pertimbangkan prospek suku bunga Fed

Baca juga: Dolar menguat di Asia, suku bunga AS diduga lebih tinggi lebih lama

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023