Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti Richard Lynn dan David Becker di Ulster Institute, skor IQ rata-rata penduduk Indonesia sebesar 78,49. Ini menempatkan Indonesia berada di peringkat kedua terendah di Asia Tenggara
Bukittinggi,- (ANTARA) -
Anggota Komisi IX DPR RI Ade Rezki Pratama menyebutkan tingginya angka stunting di Kabupaten Agam, Sumatera Barat, bisa mempengaruhi tingkat kecerdasan intelektual atau IQ pada anak di wilayah itu.
 
"Tentu kita tidak ingin IQ anak kemenakan kita di Kabupaten Agam ini menjadi tidak baik hanya karena ancaman stunting yang kini meningkat," katanya saat menggelar sosialisasi dengan BKKBN Sumbar di Kapau, Agam, Jumat.
 
Ia menyebutkan survei dunia yang menempatkan Indonesia berada di urutan bawah dalam pengukuran IQ di ASEAN.
 
"Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti Richard Lynn dan David Becker di Ulster Institute, skor IQ rata-rata penduduk Indonesia sebesar 78,49. Ini menempatkan Indonesia berada di peringkat kedua terendah di Asia Tenggara," katanya.
 
Ia menegaskan pentingnya kehadiran seluruh pihak dalam upaya percepatan penekanan angka stunting yang dinilai mempengaruhi IQ pada anak.
 
"Ini ancaman bagi kita semua, penting kehadiran seluruh pihak, tidak cukup pemerintah saja. Mari optimis mencerdaskan anak bangsa, salah satunya dengan menekan seluruh resiko stunting ini," ujarnya.

Baca juga: BKKBN minta kepala desa di Sumbar petakan anak stunting
 
Ade Rezki mengatakan banyak faktor yang mendukung terjadinya stunting baik secara langsung dan tidak langsung. "Kami dengan BKKBN rutin mensosialisasikan gentingnya masalah stunting ini, mari siapkan sebelum menikah, saat hamil, dan setelah melahirkan," katanya.
 
Kepala BKKBN Sumbar Fatmawati mengatakan penyebab tidak langsung stunting pada anak berkaitan dengan kemampuan ekonomi keluarga.
 
Menurutnya, pendapatan atau kondisi ekonomi yang kurang baik berdampak pada akses terhadap bahan makanan bernutrisi, karena daya beli yang rendah.
 
"Selain itu jika daya beli rendah maka risiko terjadinya kerawanan pangan di tingkat rumah tangga menjadi lebih besar, juga masalah sanitasi buruk," katanya.
 
Menurutnya, dengan mengenali faktor-faktor yang menjadi penyebab stunting, orangtua dapat melakukan tindakan pencegahan mulai sebelum masa kehamilan hingga setelahnya.
 
"Pencegahan sangat penting, karena stunting bersifat irreversible yang artinya anak yang mengalami kondisi ini tidak bisa mengejar ketertinggalan tumbuh kembangnya di masa depan," sebutnya.
 
Menurut Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada 2022, Agam termasuk ke dalam tujuh kabupaten atau kota yang mengalami kenaikan angka prevalensi stunting sebesar 5,5 persen dari awalnya 19,1 persen menjadi 24,6 persen.

Baca juga: BKKBN: Penurunan kasus stunting jadi tanggung jawab bersama
Baca juga: BKKBN minta Sumbar optimalkan dana pusat untuk penanganan stunting



 

Pewarta: Altas Maulana
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023