Padang (ANTARA) - Kontes Ayam Kukuk Balenggek yang digelar Pemerintah Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) dalam rangkaian Pekan Nasional (Penas) Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) XVI, memecahkan rekor dunia kontes ayam hias terbanyak.

"Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) wajib mengklaim ini adalah rekor dunia. Karena, Ayam Kukuk Balenggek hanya ada di Indonesia dan plasma nutfah Sumatera Barat," kata Direktur MURI, Awan Rahargo di Padang, Minggu.

Ia mengatakan sebelumnya untuk kontes ayam terbanyak itu pernah ada pada 2013 di Gresik, dengan jumlah 467 ekor ayam hias. Saat itu jenis ayam yang dikonteskan adalah ayam ketawa.

Baca juga: Pakar : ternak lokal sumbar potensial untuk MEA

"Hari ini pada Penas Tani 2023, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sumbar menggelar kontes Ayam Kukuk Balenggek sebanyak 939 ekor. Semoga jenis ayam ini makin go international dan dikenal oleh masyarakat dunia," katanya.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Kementerian Pertanian, Nasrullah mengatakan Indonesia harus bangga, karena plasma nutfah Indonesia mampu menembus rekor dunia.

"Ini akan memperkenalkan pada dunia bahwa di Sumbar, Indonesia ada Ayam Kukuk Balenggek, dengan ciri khas suara kukuknya yang bertingkat-tingkat. Melalui rekor MURI ini, dunia mengetahui ada ayam khas Indonesia," katanya.

Ia menilai dengan adanya rekor itu akan menarik perhatian dunia, sehingga ayam tersebut akan memiliki nilai ekonomi yang tinggi, kemudian meningkatkan pendapatan masyarakat.

Baca juga: Kontes ayam ketawa di Kampus Darmaga

Baca juga: Ratusan ayam asli Indonesia ikuti Kontes Ayam Ketawa


"Untuk itu, kita juga akan mendaftarkan ini melalui Food and Agriculture Organization (FAO) segera, sehingga akan diakui secara internasional dan tidak ada yang bisa mengklaim Ayam Kukuk Balenggek di dunia selain Sumbar," katanya.

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sumbar Sukarli mengaku Sumbar bangga dengan plasma nutfah Ayam Kukuk Balenggek, karena di dunia hanya ada di Sumbar.

"Sesuai arahan dari Dirjen PKH, kita segera mendaftarkan pada FAO agar diakui dunia,"ujarnya.

Pewarta: Miko Elfisha
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2023