pameran ini meletakkan ornamen sebagai objek utama seni rupa
Banda Aceh (ANTARA) - Laboratorium Seni Aceh Rakitan memamerkan lebih dari 300 ornamen Kerajaan Aceh yang berhasil didokumentasikan di sudut-sudut museum Tsunami Aceh.

"Kita mendokumentasikan ornamen-ornamen yang ada di lapangan selama beberapa abad, kita bawa dalam bentuk sketsa dan lukisan jumlahnya itu ada ratusan," kata Ketua Laboratorium Seni Aceh Rakitan Iskandar, di Banda Aceh, Minggu.

Pameran ornamen Aceh ini sudah dibuka mulai Sabtu, 10 Juni hingga 13 Juni 2023. Sejak dibuka, areal pameran terus dipadati pengunjung yang ingin menyaksikan langsung ratusan ornamen yang telah di sketsa tersebut.

Iskandar mengatakan, ratusan ornamen yang dipamerkan tersebut didokumentasikan dalam bentuk sketsa dan lukisan yang berasal dari berbagai material seperti nisan makam, dinding kayu rumah adat, pedang besi, kain, dan benda peninggalan sejarah lainnya.

Baca juga: Anggota DPD RI minta kerajaan Belanda teliti arsip peninggalan di Aceh
Baca juga: Pewaris Kerajaan Aceh gelar upacara pengibaran bendera alam pedang


Dia menyampaikan, pameran ornamen ini berawal dari keprihatinan mereka terhadap ornamen Aceh yang tidak terlalu mendapatkan atensi dari banyak masyarakat. Selama ini, ornamen Aceh hanya dianggap sebagai hiasan bukan bagian dari objek seni rupa.

"Dalam kegiatan acara-acara, ornamen hanya untuk melengkapi saja. Karena itu, kita ingin pada pameran ini meletakkan ornamen sebagai objek utama seni rupa," ujarnya.

Melalui pameran ini, Iskandar berharap semuanya bisa secara bersama-sama untuk menyelamatkan ornamen Aceh yang hampir punah, terutama dalam benda-benda peninggalan sejarah yang kecil seperti pedang, rencong, bros, dan gagang rencong.

Kata dia, pameran ornamen Aceh ini merupakan bagian dari literasi estetis dan menjadi langkah awal untuk melanjutkan penyelamatan ribuan ornamen Aceh lainnya melalui pendokumentasian.

"Ini menjadi 'gong' untuk melanjutkan pendokumentasian ribuan ornamen Aceh lainnya. Tahap awal kita dokumentasikan ribuan ornamen dalam bentuk buku," kata Iskandar.

Baca juga: Menyusuri jejak rempah Aceh di mata dunia
Baca juga: Surat keturunan Sultan Aceh terkait sejarah direspon pemerintah Turki
​​​​​

Sementara itu, Kasubag Umum Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah 1 Ahmad Hariri menyampaikan festival ornamen Aceh digelar atas dukungan program Indonesiana Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) RI.

"Melalui program Indonesiana, pemerintah membiayai program kebudayaan yang dilakukan secara individu maupun komunitas yang konsen pada isu kebudayaan," katanya.

Hariri mengatakan, program tersebut sudah dibuka sajak 2023, di mana dari 6.000 pelamar, tim memilih 300 orang/kelompok penerima, dan 11 orang di antaranya dari Aceh.

"Semua ini sebagai salah satu upaya pemerintah mendukung pelestarian budaya," demikian Ahmad Hariri.

Baca juga: Banda Aceh bakal miliki museum sejarah keislaman Aceh
Baca juga: Meriam peninggalan Kerajaan Aceh jadi situs wisata baru di Aceh Barat

Pewarta: Rahmat Fajri
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2023