Beijing, (ANTARA/PRNewswire)- China semakin giat menjalankan "misi bersejarah dan jangka panjang" dalam "three-North Shelterbelt Forest Program". Tujuannya, mengatasi badai pasir dan kerusakan lahan di wilayah utara.

Dalam empat dekade terakhir, program tersebut berhasil memperluas area cakupan hutan menjadi 30,14 juta hektar, menurut data pada 2018.

Kawasan "three-North" Tiongkok, bagian barat laut, utara, dan timur laut, memiliki gurun pasir, termasuk Gurun Gobi, serta banyak mengalami kerusakan lahan. Maka, Tiongkok mencanangkan "three-North Shelterbelt Forest Program" pada 1978. 

Selasa lalu, Presiden Tiongkok Xi Jinping memuji program yang mengatasi kerusakan lahan tersebut di perbatasan sebelah utara. Menurutnya, kondisi kerusakan lahan menyebar luas dan sulit ditangani di Tiongkok.

"Pembangunan proyek lingkungan hidup penting seperti 'three-North Shelterbelt Forest Program' hanya dapat terwujud berkat kepemimpinan Partai Komunis Tiongkok (CPC)," ujar Xi ketika mengunjungi lokasi hutan di Kota Bayannur, Inner Mongolia Autonomous Region, Tiongkok Utara.

Xi turut menjelaskan target dasar untuk memperkuat "dinding keamanan lingkungan hidup" di kawasan utara, serta sebuah target baru, yakni menjadikan proyek tersebut "'dinding hijau yang tak dapat dirusak di batas wilayah sebelah utara".

Tiongkok memimpin inisiatif global untuk menghijaukan bumi setelah sukses mencatat area cakupan hutan dengan pertumbuhan tertinggi, serta luas hutan buatan yang terbesar di dunia. Menurut sebuah riset pada 2019 yang diterbitkan Nature Sustainability, setidaknya 25% perluasan kawasan hijau pada awal 2000 berlangsung di Tiongkok, berdasarkan data dari satelit NASA.

Restorasi Ekologi

Senin sore, Xi berkunjung ke Danau Ulan Suhai, danau langka di padang rumput yang berukuran besar, serta terletak di area gurun dan semigurun. Di danau ini, Xi meninjau program restorasi ekologi.

Danau ini, dijuluki "ginjal alami" di Sungai Kuning, berperan besar dalam pengaturan aliran air, pemurnian, dan pengendalian banjir di sungai tersebut.

Sejak 1990-an, Danau Ulan Suhai mengalami penurunan debit air, pencemaran akibat air buangan dari perkotaan, pencemaran akibat air buangan industri, serta kerusakan fungsi ekologi. Maka, pejabat setempat mulai menjalankan program pelestarian.

Berdasarkan data resmi, pejabat lokal mulai menjalankan fase kedua dan terus merestorasi keanekaragaman hayati. Danau tersebut kini dihuni 264 jenis spesies burung dan 22 jenis spesies ikan.  

Xi pun mengemukakan pentingnya pelestarian danau tersebut, Senin lalu, sekaligus mendorong kelanjutan program. "Konservasi Danau Ulan Suhai berdampak penting terhadap pelestarian ekologi di kawasan utara Tiongkok," kata Xi.

Harapan presiden Tiongkok ini, sebuah "rumah yang indah" dapat tercipta bagi generasi masa depan.

Inovasi ilmiah

Xi juga meninjau sebuah pusat pemantauan di area Hetao Irrigation, Bayannur, Selasa lalu. Di sini, Xi mempelajari metode informatisasi yang memerinci pemantauan lingkungan hidup di wilayah setempat, serta meningkatkan efisiensi sumber daya air.

Telah berdiri sekitar 2.200 tahun, area Hetao Irrigation telah mengalihkan air dari Sungai Kuning untuk mengairi lahan pertanian di dataran Hetao, Inner Mongolia Autonomous Region, Tiongkok Utara. Hetao Irrigation juga menjadi salah satu dari tiga area irigasi terbesar yang didukung sistem irigasi dan drainase tujuh tahap.

Xi mendorong agar proyek ini ditingkatkan, khususnya pengalihan air secara ilmiah di area tersebut, serta mengimbau partisipasi seluruh masyarakat. Meski Tiongkok memiliki banyak sumber daya air, presiden Tiongkok tetap mengajak masyarakat agar menghemat air. Dia juga menganjurkan semua pihak membangun "pertanian modern dan efisien" yang cocok dengan kondisi wilayah setempat.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2023