"Kami memang belum menerima surat resmi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Bandung soal keputusan peningkatan status ini, karena sebenarnya lembaga tersebut yang berwenang menetapkannya. Namun melihat kondisi Merapi sekarang ini, BPP
Yogyakarta (ANTARA News) - Status Gunung Merapi yang sehari sebelumnya turun menjadi "siaga" kini naik lagi menjadi "awas" menyusul meningkatnya lagi aktivitas gunung tersebut pada Rabu (14/6). Keputusan untuk meningkatkan kembali status Merapi diambil oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, Rabu, pukul 14.00 WIB, setelah seharsi sebelumnya statusnya diturunkan ke "siaga" oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Bandung. Staf Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, Sriyani menyatakan keputusan meningkatkan kembali status menjadi "Awas Merapi" tersebut diambil setelah pihaknya menerima telepon dari Kepala BPPTK Yogyakarta, Ratdomo Purbo di dampingi Kepala Seksi Gunung Merapi, Subandriyo yang saat ini masih berada di lokasi Gunung Merapi. "Kami memang belum menerima surat resmi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Bandung soal keputusan peningkatan status ini, karena sebenarnya lembaga tersebut yang berwenang menetapkannya. Namun melihat kondisi Merapi sekarang ini, BPPTK Yogyakarta mengambil keputusan mendesak untuk meningkatkan kembali statusnya menjadi awas," katanya. Pertimbangan mengambil keputusan meningkatkan status Merapi menjadi "awas" karena pada siang ini berdasarkan pengamatan visual semburan awan panas terus menerus terjadi yang dominan ke arah Kali Gendol dan bisa mengancam permukiman penduduk. "Kami belum bisa mengukur volume dan jarak luncur awan panas tersebut," kata Sriyani. Namun berdasarkan informasi dari radio komunikasi antarpos pengamatan di Sleman (DIY), Klaten dan Magelang disebutkan jarak luncur awan panas mencapai tujuh kilometer yang merupakan luncuran terjauh sejak aktivitas Gunung Merapi meningkat dalam beberapa bulan terakhir.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006