Jakarta (ANTARA) -
Palang Merah Indonesia (PMI) menyosialisasikan pentingnya memahami hubungan toksik bagi remaja dan cara-cara untuk menghindarinya lewat Korps Sukarela (KSR).
 
Diskusi bertema "Membebaskan Diri dari Hubungan Toksik: Embracing healing and growth" diselenggarakan oleh PMI Pusat dengan narasumber dari KSR PMI Jombang Kunti Lia Eka dan KSR Universitas Wiralodra Indramayu Dini Nurfajri.
 
"Hubungan toksik itu, hubungan tidak sehat yang membuat seseorang merasa tidak dipahami, tidak didukung, dan direndahkan. Ini bisa terjadi tidak hanya di pasangan kekasih, tetapi juga di hubungan pertemanan," kata Kunti pada diskusi yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa.
 
Kunti juga menjelaskan istilah-istilah dalam hubungan yang selama ini sering diperbincangkan kalangan remaja di media sosial, yakni red flag, gaslighting, dan love bombing.
 
"Red flag, dalam istilah bahasa Inggris kan bendera merah, arti merah itu peringatan, menunjukkan sesuatu yang mencurigakan dan membahayakan, kalau dalam suatu hubungan itu tanda bahaya sehingga harus segera diakhiri. Kalau gaslighting itu manipulasi dalam hubungan yang tidak sehat, jadi pasangan cenderung menutup-nutupi, berbohong, tidak terbuka, dan tidak apa adanya," kata dia.
 
Sedangkan love bombing menurutnya adalah suatu kondisi dimana dalam suatu hubungan cenderung ada permainan fisik yang tidak sehat.
 
"Misalnya dalam suatu hubungan kita bertengkar, karena tidak terkendali, bisa terjadi kekerasan fisik, seperti pukul-pukulan, bahkan kalau memuncak bisa terjadi pembunuhan, seperti sekarang sering terjadi, kejadian cinta segitiga, kalau salah satunya ada kecemburuan, bisa terjadi pembunuhan," tuturnya.
 
Kunti menuturkan, dampak dari hubungan toksik ini sangat berbahaya bagi siapapun yang mengalami, dan bisa mempengaruhi kesehatan mental.
 
"Seseorang bisa mengisolasi diri dari hubungan lain yang lebih sehat, dan ketika terus-menerus berada di lingkungan yang negatif, ada batas sosialisasi yang dilakukan di lingkungannya, biasanya korban akan cenderung memilih diam, tidak berbicara, dan membatasi diri. Ini berbahaya karena akan mempengaruhi kepercayaan diri dan kesehatan mental," ujar dia.

Baca juga: PMI Cianjur tempa 25 KSR tentang spesialisasi pertolongan pertama
 
Sebagai perwakilan dari KSR PMI Jombang, Kunti mengatakan bahwa PMI selama ini telah melakukan upaya-upaya untuk menyosialisasikan pentingnya menjaga hubungan sehat lewat Palang Merah Remaja (PMR) yang secara aktif hadir di sekolah-sekolah maupun komunitas.
​​​​
"Kita aktif di PMR, jadi ada fasilitator-fasilitator di PMR, bisa melalui edukasi, atau materi yang diajarkan dari teman-teman PMR, setiap ketemu, diberi informasi tentang bahaya hubungan toksik, selain itu PMR juga aktif melakukan penyuluhan ke sekolah-sekolah, dan bentuk sosialisasi itu pasti ada, untuk melindungi anak-anak remaja dari hubungan yang toksik," tuturnya.
 
Sementara itu, Dini Nurfajri turut menjelaskan tentang penyebab hubungan toksik dalam hubungan, yang salah satunya dipengaruhi oleh hubungan sebelumnya.
 
"Bisa jadi karena trust issue, atau hilangnya kepercayaan karena trauma dengan hubungan sebelumnya, misalnya pasangan yang terlalu mengekang," kata Dini.
 
Dini mengatakan, hubungan toksik bisa menjadi positif apabila ada perbaikan komunikasi dalam sebuah hubungan.
 
"Hubungan toksik bisa berakhir apabila ada perbaikan komunikasi, jadi satu sama lain bisa saling mengkomunikasikan perasaannya masing-masing, dan terjalin dua arah. Selama teman atau pasangan pelaku hubungan toksik tersebut masih bisa diajak bicara, maka ajaklah bicara, tetapi kalau memang sudah tidak bisa diajak komunikasi, lebih baik kita menjauh pelan-pelan," jelasnya.
   
 

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023