Minyak mentah berjangka Brent terkerek 32 sen atau 0,4 persen, menjadi diperdagangkan di 74,61 dolar AS per barel
Beijing (ANTARA) - Harga minyak naik tipis di perdagangan Asia pada Rabu sore, ketika investor menunggu hasil pertemuan kebijakan Juni Federal Reserve AS, data ekonomi utama dari China, dan data pemerintah tentang persediaan minyak mentah Amerika Serikat.

Minyak mentah berjangka Brent terkerek 32 sen atau 0,4 persen, menjadi diperdagangkan di 74,61 dolar AS per barel pada pukul 06.10 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terangkat 22 sen atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 69,64 dolar AS per barel,

Kedua harga acuan naik lebih dari tiga persen pada Selasa (13/6/2023) di tengah harapan meningkatnya permintaan bahan bakar setelah bank sentral China menurunkan suku bunga pinjaman jangka pendek.

"Tampaknya hot monies jangka pendek (spekulan) ragu-ragu untuk menawar harga lebih tinggi karena data dan peristiwa penting yang akan datang seperti produksi industri China, penjualan ritel, dan indeks harga perumahan untuk Mei yang akan dirilis besok, serta hari ini proyeksi dot-plot FOMC terbaru," kata Kelvin Wong, analis pasar senior OANDA di Singapura.

Pelaku pasar memperkirakan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) bank sentral AS akan menghentikan kenaikan suku bunga di tengah ketidakpastian prospek ekonomi dan efek tertinggal dari 10 kenaikan suku bunga sejak Maret 2022.

Kenaikan suku bunga memperkuat dolar, membuat komoditas dalam mata uang AS lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya, dan membebani harga minyak. Jeda kenaikan akan memacu pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak, mendukung harga.

Para ekonom memperkirakan Bank Sentral Kanada untuk menaikkan suku bunga lagi pada Juli menjadi 5,00 persen setelah kenaikan mengejutkan 25 basis poin minggu lalu.

Bank Sentral Eropa juga diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar seperempat poin persentase lagi pada Kamis (15/6/2023) untuk menjinakkan inflasi yang membandel. Namun Bank Sentral Jepang, yang akan mengumumkan rencananya pada Jumat (16/5/2023) diperkirakan akan mempertahankan kebijakan ultra-longgarnya.

Di sisi pasokan, stok minyak mentah AS naik sekitar 1 juta barel dalam pekan yang berakhir 9 Juni, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute (API), bertentangan dengan perkiraan rata-rata penurunan 500.000 barel dari analis yang disurvei oleh Reuters.

Data pemerintah tentang stok akan dirilis hari ini waktu setempat.

Sementara itu, OPEC+ telah memberi Rusia basis produksi minyak yang sedikit lebih tinggi, yang berarti Rusia dapat memproduksi lebih banyak di bawah kuota terbaru daripada yang disepakati sebelumnya.

Baca juga: OPEC naikkan proyeksi permintaan minyak China untuk 2023
Baca juga: Minyak turun di Asia setelah kenaikan tak terduga persediaan AS
Baca juga: Minyak "rebound" ditopang optimisme atas prospek permintaan

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023