Kami intensif mengkampanyekan gerakan pemeriksaan kehamilan secara rutin, minimal enam kali sebelum melahirkan
Gunungkidul (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengkampanyekan ibu hamil sehat dengan pemeriksaan kehamilan secara rutin dalam rangka menekan angka kematian ibu dan bayi saat proses kelahiran.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Gunungkidul Diyah Pasertyorini di Gunungkidul, Senin, mengatakan sejak 2020, kasus kematian anak dan ibu melahirkan di daerah ini mengalami tren kenaikan.

"Kami intensif mengkampanyekan gerakan pemeriksaan kehamilan secara rutin, minimal enam kali sebelum melahirkan. Kampanye gerakan ini dilakukan di masyarakat hingga tingkat dusun,” kata Diyah Pasertyorini.

Ia mengatakan, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Gunungkidul, jumlah kematian bayi yang berumur kurang dari satu tahun ada 64 kasus di 2020, mengalami kenaikan setahun berikutnya dengan jumlah 74 kasus dan di 2022 sebanyak 84 kasus. Pada 2023, hingga pertengahan Juni angka kematian bayi sudah ada 28 kasus.

Kondisi yang sama juga terlihat dari kematian ibu, meski jumlahnya tidak sebanyak pada kasus bayi, tapi juga ada potensi kenaikan. Pada 2020 lalu ada tujuh kasus kematian ibu. Setahun berikutnya naik menjadi 16 kasus, tapi menurun di di 2022 dengan hanya ada temuan empat kasus dalam setahun. Namun, dari Januari sampai pertengahan Juni 2023, sudah tercetak lima kasus.

"Kasus kematian ibu dan bayi masih sangat fluktuatif. Hal ini dikarenakan temuan kasus masih ada setiap tahunnya. Meski demikian, upaya pencegahan harus dimaksimalkan," katanya.

Dia mengatakan, kampanye pencegahan tidak hanya melibatkan tim dari dinas kesehatan, tapi juga mengajak partisipasi masyarakat melalui kader-kader kesehatan di setiap kalurahan (kelurahan). Misalnya, kegiatan posyandu yang di gelar di setiap dusun, petugas menyisipkan supaya ibu hamil memeriksakan kandungan secara rutin.

Diyah mengungkapkan, ada beberapa langkah penting untuk pencegahan kematian ibu dan anak. Salah satunya dengan program ibu hamil sehat.

Cara ini bisa dilakukan dengan rutin memeriksakan kehamilan minimal enam kali sebelum persalinan. Selain itu, bisa mengikuti kelas ibu hamil minimal empat kali, konsumsi tablet tambah darah secara rutin, makan sesuai rekomendasi dan memantau berat badan.

“Tentunya saat persalinan juga harus dilakukan di fasilitas layanan kesehatan,” katanya.

Anggota Komisi D DPRD Gunungkidul Ery Agustin Sugiyanti mengatakan upaya kampanye ibu hamil sehat harus terus dilakukan. Program ini tidak hanya untuk mencegah terjadinya kematian saat persalinan, tapi juga dalam rangka pencegahan stunting.

“Kami siap mendukung program ini karena banyak manfaatnya. Salah satunya mempersiapkan atau mencetak generasi muda yang unggul. Jadi harus dipersiapkan sejak dalam kandungan,” katanya.

Baca juga: Gangguan mental pada ibu hamil berpotensi sebabkan bayi stunting
Baca juga: Dinkes Ambon wajibkan ibu hamil tes HIV/AIDS
Baca juga: Kepala BKKBN soroti bahaya asap rokok bagi anak dan ibu hamil

Pewarta: Sutarmi
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2023