Jakarta (ANTARA) - Gitaris dan pentolan band Sheila on 7, Eross Candra, menilai penting adanya kebijakan yang membatasi pemanfaatan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) berkaitan dengan dunia yang digeluti yaitu industri musik.

"Wah, (perkembangan AI) serem itu," kata Eross sambil tertawa saat diwawancarai ANTARA di sela-sela peresmian kantor baru Sony Music Entertainment Indonesia di CIBIS Park Jakarta, Senin.

Sang gitaris menilai bahwa saat ini, perkembangan AI secara kualitas belum pada taraf yang mengkhawatirkan. Meski demikian, ia beranggapan bahwa hal tersebut bukan berarti menggambarkan kondisi yang baik pada masa mendatang.

Baca juga: Lautan memori di konser Sheila on 7

"Kalau dilihat dari progress-nya yang tadinya nggak ada, kemudian step pertamanya sudah seperti ini, ya mengancam sekali. Justru itu bahaya buat musisi sesungguhnya. Jadi, aku lebih setuju dengan beberapa pakar yang beranggapan bahwa kelihatannya teknologi AI harus dibatasi," selorohnya.

Lebih lanjut Eross berpendapat bahwa butuh kebijaksanaan setiap orang dalam memanfaatkan perkembangan AI yang terbilang amat pesat pada zaman sekarang.

"Semua orang bisa mengakses teknologi. Ada orang yang bertanggungjawab dan tidak dalam menggunakannya. Sama saja seperti media sosial kan, kalau dipakai untuk hal-hal tidak bertanggungjawab, jadi bumerang juga," paparnya.

Sebagai informasi, dalam industri musik global, salah satu album karya AI yang turut menghebohkan jagat maya beberapa waktu ini adalah "The Lost Tapes" milik band lancung Aisis. Band tersebut tak lain adalah tiruan sempurna dari supergrup legendaris Inggris, Oasis, salah satu band yang dikagumi seorang Eross Candra.

Oasis yang dinahkodai dua kakak beradik Noel dan Liam Gallagher, telah bubar jalan sejak tahun 2009 dan tak pernah kembali melakukan reuni hingga sekarang. Meski begitu, saat ini berembus kencang isu perihal kemungkinan bersatunya kembali band kebanggaan kota Manchester tersebut.

Wacana tersebut mengemuka lantaran keberhasilan klub sepakbola Manchester City dalam menjuarai Liga Champions, yang menjadi salah satu nazar dari vokalis Liam Gallagher untuk kembali membangun dinasti Oasis yang telah lama terkubur zaman.

Eross yang turut mengikuti perkembangan Oasis, mengaku tak terlalu berharap soal bersatunya kembali Noel dan Liam dalam bingkai Oasis. Meski begitu, ia amat yakin kelak kedua kakak beradik itu akan kembali akur dan menggelar reuni band produsen puluhan hits di antaranya "Wonderwall", "Don't Look Back In Anger", "D'You Know What I Mean", "Whatever", dan "Roll With It".

"Kayaknya sekarang masih susah (reuni Oasis), tarik ulur. Liam bilang sebelum City juara, mau nelpon kakaknya. Terus Noel juga nantangin Liam buat nelpon. Tapi setelah City menang, Liam berubah pikiran. Masih gitu aja tuh dua orang. Lihat saja deh dua antik itu nanti, pasti bisa reuni lah," tutup Eross.

Baca juga: Aksi panggung Sakti eks-So7, Eross: cuma kangen-kangenan!

Baca juga: "Lapang Dada", lagu Eross untuk almarhum ayah

Baca juga: Enam gitaris berkolaborasi kesampingkan ego

Pewarta: Ahmad Faishal Adnan
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023