Port au Prince (ANTARA) - UNICEF mengatakan anak-anak Haiti mengalami kekurangan makanan, bantuan medis, dan pendidikan yang parah. Pernyataan disampaikan Senin waktu setempat beberapa jam setelah baku tembak sengit terjadi dekat kamp pengungsi yang penuh sesak.

Geng-geng bersenjata berat  memperluas wilayah mereka dan kini mengendalikan komunitas berjumlah sekitar dua juta orang, kata PBB. Kebanyakan wanita dan anak-anak yang hidup di kamp itu sering menjadi korban pembunuhan dan kekerasan seksual.

Hal ini memicu krisis kemanusiaan yang menurut UNICEF telah memaksa sekitar 165 ribu orang mengungsi, sementara yang lainnya melarikan diri dengan menggunakan perahu.

"Anak-anak kekurangan gizi, mereka butuh bantuan dan dunia mesti memberikan perhatian," kata Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell setelah mengunjungi kamp New Church of God of Deliverance, yang kini menampung 120 keluarga dari lingkungan terdampak paling parah, termasuk 239 anak-anak.

Anak-anak itu sangat membutuhkan perawatan kesehatan seperti imunisasi dan sekolah.

"Orang dewasa harus berhenti berkelahi dan perhatikanlah anak-anak," ujar Russell.

“Kami tidak bisa lagi menampung anak-anak karena tidak ada lagi ruangan,” kata Stephanie Pierre, yang mengelola kamp padat penduduk yang berfungsi sebagai klinik keliling yang mendistribusikan perlengkapan sanitasi dan informasi kolera.

Baca juga: Banjir dan longsor di Haiti sebabkan 42 tewas, 11 hilang

Pada pertemuan di Haiti pekan lalu, Russell mengatakan UNICEF mencatat peningkatan 30 persen dibandingkan dengan tahun lalu pada anak-anak Haiti yang menderita malnutrisi akut sehingga menjadi jauh lebih rentan dari kematian akibat kolera yang muncul kembali Oktober tahun lalu.

UNICEF juga memperkirakan sekitar 100 ribu anak berisiko mati kelaparan, dari perkiraan total populasi 12 juta.

"Waktu untuk bertindak sudah lama tertunda," kata Russell menjelang KTT negara-negara Eropa, Karibia dan Amerika Latin pada Juli nanti.

Perdana Menteri Saint Vincent dan Grenadines, Ralph Gonsalves, yang menjadi ketua blok kawasan itu, akan bertemu dengan wakil Uni Eropa. Dia  mengingatkan bahwa geng-geng di Haiti adalah rintangan terbesar dalam  mengatasi masalah ini.

Organisasi-organisasi bantuan internasional seperti Medecins Sans Frontieres telah menutup sejumlah operasi di sana karena risiko keselamatan yang dihadapi pasien dan staf mereka akibat seringnya baku tembak.

Russell mencatat masalah lain seperti bencana alam, dapat menghancurkan masyarakat yang sudah rentan itu.

Badai tropis yang diperkirakan menjadi badai pertama musim ini juga sudah  mendekati Haiti akhir pekan ini.

Baca juga: Kelompok HAM Haiti mencatat kenaikan angka penculikan di awal 2023

Sumber: Reuters

Penerjemah: Resinta Sulistiyandari
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2023