Jakarta (ANTARA News) - Lingkungan sekitar rumah  Anas Urbaningrum di Jalan Teluk Langsa Blok C No 7 Duren Sawit Jakarta Timur mendadak ramai oleh  warga yang ingin tahu sikap Anas selanjutnya. 

"Kami mau tahu, apakah dia akan memegang janjinya atau tidak," kata Astrid warga jalan Arafuru yang berada di depan rumah Anas Urbaningrum kepada ANTARA News, Jumat malam.

Dia merujuk pada perkataan Anas "Satu rupiah saja Anas korupsi di Hambalang, gantung Anas di Monas."  Anas mengucapkan hal itu kepada wartawan  di Kantor Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat, Jakarta Pusat, Maret tahun lalu.

Para Jumat malam, Komisi Pemberatasan Korupsi menetapkan seorang berinisial AU sebagai tersangka kasus dugaan korupsi Pusat Pendidikan, Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) di Bukit Hambalang Jawa Barat.

"Ya penasaran, proses penangkapannya dan apakah dia akan bicara," kata Astrid.

Pendapat serupa juga diutarakan Woyo, warga Pondok Bambu yang datang berkendara sepeda motor bersama seorang temannya.

"Kata teman saya, di rumah Anas ada banyak orang, tapi tidak tahu ada apa," kata Woyo.

Woyo mengaku belum puas jika hanya menerima informasi dari televisi dan ingin langsung melihat peristiwa di rumah Anas.

"Saya masih ingat janji Anas (digantung di Monas). Kami menunggu janjinya," kata Woyo.

Warga Rawa Domba, Pardi, mengaku penasaran karena rumah Anas Urbaningrum mendadak ramai dan jadi pemberitaan televisi.

"Saya setiap hari lewat jalan ini (depan rumah Anas). Baru malam ini menjadi ramai," kata Pardi.

Seperti Astrid dan Woyo, Pardi pun masih ingat dengan janji Anas Urbaningrum tentang tergantung di Monas.

"(Saya) ingin tahu jelas, seperti apa keterlibatan Anas, kok sampai janji digantung di Monas," kata Pardi.

Selain warga, sejumlah jurnalis dari media cetak maupun elektronik nasional turut menunggu informasi terkait Wakil Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat.

Sekitar pukul 22.45 WIB seorang pria yang mengaku Ketua RT di Jalan Teluk Semangka meminta warga dan para jurnalis meninggalkan rumah Anas.

(I026)

Pewarta: Imam Santoso
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013