Pak Suryadharma Ali bukanlah ilmuan politik, tetapi ia mampu memimpin partai politik seperti PPP sekarang ini. Tapi, untuk urusan pendidikan, dia telah membuka cakrawala baru bagi para ulama untuk memajukan para santri,"
Malang (ANTARA News) - Menteri Agama Suryadharma Ali memperoleh gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Sabtu, dalam sidang senat terbuka yang dipimpin rektornya, Prof Dr H Imam Suprayogo.

Pemberian gelar penghormatan akademik berupa gelar DR honoris causa (HC) itu, menurut Rektor UIN Malik Malang Prof Dr Imam Suprayogo didasari atas dedikasi SDA, sapaan akrab Suryadharma Ali terhadap pengembangan keilmuan dalam pendidikan Agama Islam di Tanah Air.

Suryadharmaa Ali memperoleh HC untuk bidang Epistemologi Kajian Islam. Kajian Islam khususunya yang terkait dengan pengembangan keilmuan dalam pendidikan Islam demikian luas, dan yang bersangkutan telah menunjukkan dedikasinya di bidang itu, kata Imam.

Jika bicara Islam tentu tidak harus melulu membicarakan ibadah berupa: puasa, shalat, pergi haji dan membayar zakat. Tetapi lebih dari itu, yaitu menyangkut bidang pendidikan yang tidak mengenal batas-batas kitab kuning dan bidang salafiah saja. Tetapi juga bidang filsafat, fisika, kedokteran dan bahkan bidang teknologi yang berkaitan dengan nuklir.

SDA telah membuka cakrawala pendidikan di Indonesia. Hal itu terlihat dari berbagai pernyataannya melalui media massa bahwa pondok pesantren pun bisa bersinergi dengan ilmu yang berkaitan nuklir guna mendukung pengembangan teknik pertanian, sehingga ke depan para santri bisa hidup mandiri.

"Pak Suryadharma Ali bukanlah ilmuan politik, tetapi ia mampu memimpin partai politik seperti PPP sekarang ini. Tapi, untuk urusan pendidikan, dia telah membuka cakrawala baru bagi para ulama untuk memajukan para santri," kata Imam Suprayogo.

Ke depan, menurut dia, gagasan SDA dapat dijadikan kekuatan untuk memajukan pendidikan di Tanah Air. Ia telah meletakkan konsep dan inspirasi bagi para pendidik. Gagasan dari SDA sebetulnya jika ditangkap dengan baik oleh para ulama, maka ke depan akan membawa perubahan bagi peradaban Islam.

Imam Suprayogo menolak anggapan bahwa pemberian gelar doktor kepada SDA tersebut karena universitas yang dipimpinnya berada di lingkungan Kementerian Agama. "Tidak demikian pemikirannya. Ini logis," ia menjelaskan.

Sejak Suryadharma Ali menjabat sebagai Menteri Agama, menurut dia, pihak UIN Maliki Malang terus menerus memantau sepak terjang dan berbagai pernyataannya melalui media massa. Khususnya yang berkaitan dengan bidang pendidikan.

SDA tidak mendikotomikan pendidikan ilmu agama dan ilmu umum . SDA justru mendorong terjadinya integrasi dua bidang ilmu tersebut. Karena itu para santi di pondok pesantren, misalnya, didorong untuk belajar ilmu fisika dan kedokteran.

Sebelumnya Suryadharma Ali mengatakan, pendidikan harus diawali dengan kajian Al Quran. Tidak sekedar membaca, tapi kajian Al Quran itu dimaksudkan untuk digali makna filosifis epistimologi keilmuan. Mulai dari ontology, epistemologi, sampai aksiologi hingga dapat dijadikan dasar dan alat untuk melakukan observasi dan eksperimen.

Jadi bukan mencari ilmu untuk membenarkan isi Al Quran, katanya, tetapi mengkaji filosofi Al Quran untuk dasar dan alat melakukan observasi dan kajian. Dengan demikian tidak ada dikotomi antara ilmu umum dan ilmu agama. Paradigma keilmuan itu tentu berbeda dengan paradigma Barat yang umumnya berangkat dari pengamatan, observasi, kemudian mengambil beberapa kesimpulan, baik sacara induktif maupun deduksi.

Dalam pemberian gelar HC kepada Suryadharma Ali tersebut, bertindak selaku promotor Prof. Dr. M. Amin Abdullah dari UIN Kalijaga Yogyakarta, Prof. Dr. H. Azhar Arsyad dari UIN Alauddin Makassar, dan Prof. Dr. H. Muhaimin dari UIN Maliki Malang.

Suryadharma Ali belakangan lebih dikenal sebagai politikus asal Betawi, Jakarta. Saat ini menjabat sebagai Menteri Agama Indonesia. Lahir pada 19 September 1956. Ia adalah alumni Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarief Hidayatullah dan mendapat gelar sarjananya pada 1984.

Suryadharma mengawali karirnya sebagai progremer di PT. Hero pada 1985 hingga tahun 1999. Terjun di dunia politik sejak 1999 sebagai anggota majelis pakar PPP. Pada 2001 menduduki posisi sebagai Ketua Komisi V DPR RI hingga 2004. Di samping itu ia menjabat sebagai Bendahara Fraksi PPP MPR RI.

Setelah menduduki kedua posisi tersebut, Suryadharma berkesempatan untuk menjabat sebagai Ketua Umum PPP yang sebelumnya diduduki oleh Hamzah Haz. Pria dengan 4 anak ini juga berpengalaman di berbagai organisasi, di antaranya pernah menjadi pengurus di berbagai organisasi ritel di Indonesia dan menjadi Aktifis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).

Sebelum menduduki sebagai Menteri Agama, Suryadharma menjabat sebagai Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah di Kabinet Indonesia Bersatu masa kepemimpinan pasangan Presiden SBY dan Jusuf Kalla.

Karir Suryadharma Ali; Menteri Agama RI, 2009-2014, Menteri Negara Koperasi dan UKM RI, 2004-2009, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PPP periode 2007 hingga sekarang.

(E001/M008)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013