Adi, warga Parigi Moutong, yang dihubungi dari Palu mengatakan pihak sekolah terpaksa meliburkan siswanya karena takut terkena imbas bentrok susulan.
Selain sekolah, pasar tradisional juga ditutup dan sejumlah pemilik toko memilih untuk tidak berjualan untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.
"Mungkin mereka menunggu situasi benar-benar aman agar bisa beraktifitas normal kembali," kata Adi.
Bentrok yang melibatkan warga Desa Masigi dan Desa Loji tersebut terjadi pada Senin dini hari sekitar pukul 01.00 WITA.
Sekitar pukul 04.00 WITA terjadi bentrok susulan meski polisi sudah berjaga.
Bentrok itu diduga sudah mulai terjadi pada Minggu malam (24/2) ketika sejumlah pemuda terlibat keributan hingga akhirnya terjadi aksi saling lempar batu.
Akibat bentrok itu, dua orang terluka terkena peluru senapan angin dan sejumlah orang dilaporkan terkena lemparan batu.
Insiden itu juga menyebabkan tiga kios penjual pulsa telepon genggam ludes dibakar orang tak dikenal.
Sejumlah kaca rumah yang berada di sekitar lokasi bentrok juga pecah berantakan akibat terkena lemparan batu.
Saat ini Kapolda Sulawesi Tengah Brigjen Pol Dewa Parsana, Bupati Parigi Moutong Syamsurizal Tombolotutu, dan sejumlah pejabat lain melakukan dialog dengan warga guna mencari solusi damai.
Situasi di kedua desa sudah kondusif. Namun, puluhan anggota Polres Parigi Moutong dan pasukan Brimob Polda Sulawesi Tengah masih bersiaga guna mengantisipasi hal yang tidak diinginkan.
Jalan di trans Sulawesi juga bisa dilalui pengguna kendaraan meski terdapat benda-benda sisa bentrok seperti batu dan bongkahan kayu.
Parsana juga berharap masyarakat tidak mudah terhasut oleh provokator yang sengaja ingin mengganggu keamanan dan ketertiban.
Pada awal Januari 2013, seorang warga Kabupaten Sigi, tewas terkena tembakan senapan angin di bagian dada hingga menembus jantung. Sigi dan Parigi Moutong adalah daerah bertetangga.
(R026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013
