Dilihat dari komoditas yang dihasilkan, Indonesia dan Pantai Gading bisa saling melengkapi, seperti produksi dan pengolahan minyak sawit dan kakao, dan kemungkinan dari sektor bisnis Indonesia untuk berperan di sektor manufaktur dan pembangunan infra
Jakarta (ANTARA News) - Indonesia dan Pantai Gading menjajaki kerja sama dan kemungkinan untuk meningkatkan hubungan bilateral terutama untuk sektor perdagangan, investasi, dan pariwisata.

Penjajakan kerja sama itu disampaikan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Mari Elka Pangestu dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Selasa.

"Dilihat dari komoditas yang dihasilkan, Indonesia dan Pantai Gading bisa saling melengkapi, seperti produksi dan pengolahan minyak sawit dan kakao, dan kemungkinan dari sektor bisnis Indonesia untuk berperan di sektor manufaktur dan pembangunan infrastruktur, termasuk rencana membangun konektivitas antara Pantai Gading ke Nigeria," katanya.

Saat ini, Indonesia sudah berinvestasi dalam produksi dan pengolahan minyak kelapa sawit dan produksi pupuk.

Total neraca perdagangan kedua negara bernilai hampir 130 juta dolar AS dan mengalami peningkatan yang signifikan pada 2012.

Mari Pangestu mengunjungi Abidjan, Pantai Gading pada 25 Februari 2013 untuk bertemu dengan Perdana Menteri Daniel Kablan Duncan; Menteri Perdagangan, Kerajinan dan Promosi UKM Jean-Louis Billon dan Menteri Integrasi Afrika Ally Coulibaly.

Dalam pertemuan ini dibahas mengenai perkembangan hubungan bilateral dan peran perdagangan dalam pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja, termasuk masa depan sistem perdagangan multilateral dibawah World Trade Organizations (WTO), yang masa jabatan Direktur Jenderalnya akan berakhir pada 31 Agustus 2013.

Dalam pertemuan yang berlangsung dalam suasana positif ini, Mari Pangestu menyampaikan penghargaannya atas kemajuan yang telah dicapai oleh Pantai Gading dalam 18 bulan terakhir, terutama terkait dengan komitmen negara tersebut untuk melakukan reformasi dan visinya untuk menjadi kekuatan ekonomi baru pada tahun 2020.

Mereka berbagi pandangan mengenai reformasi karena Indonesia juga telah mengalami proses serupa untuk menjadi kekuatan ekonomi baru seperti sekarang.

Kedua belah pihak juga mengemukakan pentingnya untuk memiliki komitmen terhadap sistem perdagangan di tingkat global yang menjadi tujuan dibentuknya WTO, dan pentingnya meningkatkan perdagangan untuk menciptakan lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan.

"Indonesia dan Republik Pantai Gading juga memiliki pandangan yang sama mengenai pentingnya memastikan bahwa ada kebutuhan dan kepentingan dari negara-negara berkembang agar terwakili pandangannya dalam organisasi seperti WTO," katanya.

Keduanya juga saling mendukung untuk perundingan di bidang pertanian.

Lebih jauh, Pantai Gading juga tergabung menjadi anggota G33 negara-negara berkembang di mana Indonesia menjadi koordinatornya.

Permasalahan yang paling penting yang dibahas dalam kelompok G33 ini adalah memastikan bahwa dalam negosiasi di bidang pertanian ada perlindungan yang memadai untuk keamanan pangan.

Kedua negara itu juga berbagi pengalaman mengenai integrasi regional dengan membandingkan pengalaman ECOWAS (Economic Community of West African States/Masyarakat Ekonomi Negara Afrika Barat) dan ASEAN beserta mitra dialognya.

Integrasi regional juga merupakan faktor penting bagi peningkatan perdagangan dan dapat mendukung peningkatan perdagangan global melalui sistem perdagangan multilateral.

Mari Pangestu yang menjabat Menteri Perdagangan pada Oktober 2004-Oktober 2011 meyakini bahwa sistem perdagangan multilateral adalah solusi terhadap masalah perekonomian global.

"Sejak pembentukannya, WTO telah berperan untuk meningkatkan perdagangan, pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan berbagai kesempatan di seluruh dunia. Yang terpenting adalah WTO telah mengangkat orang-orang dan negara-negara untuk keluar dari kemiskinan," kata Mari Pangestu.

Dari 9 kandidat Direktur Jendral WTO 2013-2017, Mari Pangestu adalah salah satu dari empat kandidat yang yang masih aktif menjabat menjadi menteri.

Lima kandidat lainnya memiliki latar belakang profesi dan pengalaman yang beragam.

Bila terpilih, Mari Pangestu akan menjadi wanita pertama yang menduduki posisi Dirjen WTO.
(H016/N002)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013