Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengingatkan masyarakat bahwa kondisi stunting yang mengenai anak-anak mempunyai kaitan erat dengan bentuk pola asuh yang diterapkan dalam sebuah keluarga.

“Artinya, ini (stunting) berkaitan dengan bagaimana orang tua, peran keluarga di dalam memberikan pengasuhan kepada anak. Ini ada dua aspek, yaitu bagaimana interaksi yang dijalankan bapak ibu dan pemberian makan yang baik,” kata Deputi Advokasi, Penggerakan dan Informasi BKKBN, Sukaryo Teguh Santoso dalam FMB9: Langkah Penting Turunkan Stunting yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin.

Teguh menuturkan penyebab utama anak terkena stunting adalah kekurangan gizi kronis. Namun, hal tersebut tidak luput dari kebiasaan orang tua ketika menanggapi reaksi anak ketika menghadapi suatu masalah.

Baca juga: Jaksel imbau orang tua tingkatkan pola asuh untuk turunkan tengkes

Sebagai contoh, ketika anak-anak bangsa meminta permen yang secara umum diketahui lebih banyak mengandung gula, orang tua lebih dengan cepat segera memberikannya dengan dalih agar anak tidak menangis.

Seharusnya, kata Teguh, orang tua dapat memahami bahwa makanan tinggi gula akan menurunkan nafsu makan anak. Selain itu, anak kehilangan kesempatannya untuk mendapatkan asupan gizi dari makanan yang lebih baik, seperti telur, sayur-sayuran atau buah.

Sebagai bentuk respons cepat dalam meningkatkan edukasi orang tua soal penerapan pola asuh yang baik sekaligus menurunkan angka prevalensi stunting, BKKBN memiliki program-program terkait pembangunan keluarga yang dapat meningkatkan ketahanan keluarga serta mewujudkan Indonesia dengan penduduk berkualitas.

Upaya itu dituangkan dalam Kelas Orang Tua Hebat dan kelas pembinaan yang dibagi berdasarkan golongan umur penduduk. Misalnya, Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR) hingga Bina Keluarga Lansia (BKL).

Selanjutnya, BKKBN juga terus menjaga sinergi dan kolaborasi bersama kementerian/lembaga terkait termasuk perguruan tinggi dalam memberikan pendampingan keluarga. BKKBN juga berkolaborasi dengan banyak lembaga filantropi untuk meningkatkan mutu edukasi kepada masyarakat terkait pola asuh.

Baca juga: Pemerintah targetkan turunkan jumlah balita dengan pola asuh tak layak

Baca juga: Kepala BKKBN: Jajanan menarik belum tentu penuhi gizi anak


Teguh mengingatkan pengentasan stunting melibatkan aspek-aspek lain dalam kehidupan. Dengan demikian, pemberian edukasi juga harus diperluas hingga ke aspek menjaga kesehatan reproduksi, meningkatkan perekonomian keluarga hingga sosialisasi menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat untuk ditinggali keluarga.

“Misalnya, bersama Kementerian, Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), mereka punya PAUD, di sana kita integrasikan, jadi mereka lebih bicara soal anak, sedangkan kita keluarganya. Begitu juga dengan simulasi di perguruan tinggi yang ada di Jawa Timur. Sudah ada Kelas Orang Tua Hebat, sekolah yang memang orang tuanya punya balita,” katanya.

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2023