Badung (ANTARA) -
Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia (BNN RI) menyatakan bahwa pencegahan dan menghapus stigma buruk bagi pengguna narkotika lebih diutamakan guna membantu kesehatan mental pengguna pascarehabilitasi.

Kepala BNN RI Komjen Pol. Petrus Reinhard Golose di Badung, Bali, Senin malam mengatakan hal tersebut penting dan mendesak mengingat berdasarkan UNODC World Drug Report tahun 2022 jumlah penyalahgunaan narkotika di dunia sebesar 284 juta orang pada rentang usia 15-64 tahun.
 
"Angka itu tersebar hampir di seluruh negara belahan dunia didominasi oleh generasi muda pada usia produktif yang selalu mendapatkan stigma buruk dan diskriminasi yang mengakibatkan timbulnya permasalahan kesehatan dan sosial yang sulit dipulihkan," kata dia saat memperingati Hari Anti Narkotika Internasional (HANI) di Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana, Badung.
 
Menurut Mantan Kapolda Bali itu, kondisi tersebut diperparah dengan hanya 20% dari penyalahguna narkotika tersebut yang mendapatkan layanan rehabilitasi, sehingga hal tersebut menjadi keprihatinan dunia dan perlu mendapatkan perhatian serius dari semua pihak.

Oleh karena itu, kata Golose, tema HANI 2023 merupakan bagian penting bagi Indonesia untuk mengangkat sisi pencegahan dan penghapusan stigma bagi pengguna narkotika yakni people first: stop stigma and discrimination, strengthen prevention. Apalagi tahun ini Indonesia terpilih sebagai anggota Commission on Narcotic Drugs (CND) periode 2024-2027.
 
Golose mengatakan kepemimpinan tersebut merupakan komitmen secara internasional dalam bidang penanggulangan narkotika dimana Indonesia berhak memberikan suaranya dalam setiap penentuan kebijakan penanggulangan narkotika dalam kancah dunia Internasional.
 
Di samping itu, kata dia, BNN RI akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan Heads of National Drug Law Enforcement Agencies, Asia and the Pacific (HONLAP) ke-45 di Bali. HONLAP merupakan pertemuan yang bertujuan untuk mengidentifikasi isu-isu kebijakan dan penegakan hukum yang menonjol di wilayah Asia Pasifik.
 
Ia mengatakan BNN RI sebagai leading institution penanggulangan permasalahan narkotika dengan berbagai pendekatan strategi yang komprehensif meliputi beberapa strategi yakni strategi soft power approach, hard power approach, smart power approach and cooperation mampu memberikan dampak yang besar bagi kerja sama bidang pemberantasan narkotika Internasional.
 
Dalam mendukung upaya optimalisasi capaian strategi di bidang narkotika, BNN RI, kata dia, senantiasa melakukan pengembangan kompetensi sumber daya manusia pada tingkat kerja sama internasional seperti bekerja sama dengan Australian Federal Police (AFP), Australian Border Force (ABF), United States Drugs Enforcement Administration (US DEA), Ilea Narcotic Investigations Course Thailand.
 
Selain itu, ujar Golose, Indonesia membangun kerja sama dengan Academic Course Directorate of Anti Narcotic of Colombia Nations Police, Disclosure and Investigation of Crime in the Field on Drug Trafficking Russia, Bureau of International Narcotic and Law Enforcement Affairs (ILA), The Colombo Plan Drug Advisory Program (CPDAP), United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC).
 
"Indonesia secara konsisten selalu memperingati hari anti narkotika internasional sebagai wujud keprihatinan dengan berkomitmen dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika (P4GN)," kata Golose.
 
Peringatan hari anti narkotika internasional tahun 2023 di Garuda Wisnu Kencana Cultural Park, Bali pada tahun ini, kata Golose, merupakan peringatan terbesar di dunia.
 
Oleh karena itu, Golose selaku Kepala Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia mengajak seluruh masyarakat, baik nasional maupun internasional untuk bersama-sama melakukan akselerasi war on drugs.

Baca juga: Kepala BNN RI sebut HANI 2023 perkuat aksi dunia bebas narkotika
Baca juga: BNN sita uang TPPU Rp187,5 miliar sejak 2021 hingga 2023

Pewarta: Rolandus Nampu
Editor: Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2023