Kami pikir dolar AS akan terus menguat, naik sekitar 5,0 persen atau lebih pada akhir tahun
New York (ANTARA) - Saham-saham di Wall Street lebih rendah pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), karena investor menimbang situasi di Rusia sehingga berhati-hati bertaruh pada aset-aset berisiko sebelum melihat hasil dari pemberontakan akhir pekan yang dibatalkan itu dan kegelisahan seputar ekonomi global.

Indeks Dow Jones Industrial Average merosot 12,72 poin atau 0,04 persen, menjadi menetap di 33.714,71 poin. Indeks S&P 500 kehilangan 19,51 poin atau 0,45 persen, menjadi berakhir di 4.328,82 poin. Indeks Komposit Nasdaq tergelincir 156,74 poin atau 1,16 persen, menjadi ditutup pada 13.335,78 poin.

Enam dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona hijau, dengan real estat dan energi memimpin kenaikan masing-masing menguat 2,21 persen dan 1,71 persen. Sementara itu, sektor jasa-jasa komunikasi dan konsumer non-primer memimpin penurunan dengan masing-masing jatuh 1,88 persen dan 1,25 persen.

Saham-saham AS turun pada Senin (26/6/2023) karena investor memantau situasi di Rusia menyusul pemberontakan singkat oleh kelompok tentara bayaran selama akhir pekan. Ketidakpastian tentang situasi di sana dapat membuat pasar gelisah dan mendorong sikap menunggu dan melihat bagi investor.

Sementara itu, kekhawatiran tentang prospek ekonomi global berlanjut setelah penurunan tajam Indeks Iklim Bisnis Ifo Jerman. Indeks yang diawasi ketat turun menjadi 88,5 pada Juni dari revisi turun 91,5 pada Mei, menunjuk ke resesi yang lebih panjang, menurut data yang dikeluarkan oleh Ifo Institute pada Senin (26/6/2023).

"Jerman pernah membanggakan dirinya sebagai lokomotif zona euro, yang merintis jalan dengan ekonomi yang kuat. Negara ini masih merupakan ekonomi terbesar di blok tersebut, tetapi masa sulit dalam ekonomi global tidak luput dari Jerman," kata Kenny Fisher, analis pasar senior di OANDA, pemasok layanan perdagangan daring multi-aset.

Beberapa analis percaya bahwa pengetatan yang berlebihan akan menyebabkan penurunan ekonomi yang tajam secara global, menyusul serangkaian kenaikan suku bunga oleh bank sentral Eropa minggu lalu. Sementara itu, Ketua Federal Reserve Jerome Powell menegaskan kembali bahwa banyak pejabat Fed mendukung dua kenaikan suku bunga seperempat poin lagi, dengan sikap hawkish mereka terus membebani sentimen pasar sejak pekan lalu.

"Kami pikir dolar AS akan terus menguat, naik sekitar 5,0 persen atau lebih pada akhir tahun. Para bankir bank sentral kemungkinan akan tetap menginjak rem untuk mengatasi inflasi. Dan dengan demikian, pertumbuhan kemungkinan akan tetap lemah, dengan risiko condong ke sisi penurunan," kata Dave Adams, kepala strategi valuta asing G10 Morgan Stanley.

Investor juga mencermati saham-saham teknologi. Kemunduran raksasa teknologi berkontribusi besar pada penurunan tajam Indeks Komposit Nasdaq pada Senin (26/6/2023). Platform Meta, Nvidia dan Alphabet masing-masing turun lebih dari 3,0 persen. Tesla tenggelam lebih dari 6,0 persen setelah menerima penurunan peringkat lagi dari Goldman Sachs.

Minggu perdagangan terakhir Juni relatif ringan untuk data ekonomi, ditandai oleh indeks pengeluaran konsumsi pribadi pada Jumat (30/6/2023) untuk Mei, ukuran inflasi yang disukai Fed.

Baca juga: Wall Street berakhir jatuh di tengah tanda-tanda pendinginan ekonomi
Baca juga: Wall Street ditutup beragam dengan fokus kepada bank-bank sentral

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023