Malang (ANTARA) - Universitas Brawijaya (UB) mengerahkan sekitar 14 ribu mahasiswa berbagai angkatan untuk mengeksplorasi potensi 1.000 desa yang ada di Provinsi Jawa Timur (Jatim) yang dikemas dalam Program Mahasiswa Membangun Desa (MMD) 2023.

Rektor UB, Prof. Widodo, SSi., MSi., PhD mengatakan Program MMD ini merupakan salah satu kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan keterlibatan perguruan tinggi melalui peran aktif mahasiswa dalam berkontribusi secara nyata guna memperkuat kapasitas sosial, ekonomi, dan lingkungan masyarakat.

"Program MMD ini UB berkolaborasi dengan banyak pihak, termasuk Kodam V Brawijaya," kata Prof. Widodo di sela melepas keberangkatan mahasiswa Program MMD gelombang pertama di Gedung Samantha Krida kampus setempat, Jumat.

Keberangkatan mahasiswa program MMD ke 1.000 desa di Jatim tersebut, dilakukan dalam lima gelombang, mulai 30 Juni hingga 4 Juli 2023. Belasan ribu mahasiswa tersebut terbagi dalam 215 kelompok yang didampingi dosen pendamping lapangan.

Baca juga: Universitas Brawijaya kukuhkan dua srikandi FT sebagai profesor

Baca juga: Empat srikandi Universitas Brawijaya dikukuhkan sebagai profesor


Selain Rektor UB, Prof Widodo dan wakil rektor bersama jajaran pejabat di kampus tersebut, pelepasan mahasiswa Program MMD juga dihadiri oleh Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Farid Makruf bersama jajarannya.

Menurut Rektor, mahasiswa peserta MMD tidak hanya sekedar melakukan visitasi, namun juga akan terlibat dengan beragam aktivitas pengabdian di lapangan, seperti penyuluhan, pelatihan, pemberdayaan masyarakat, dan kegiatan lain yang bertujuan untuk memberikan manfaat bagi pembangunan desa.

MMD-1.000D juga dapat menjadi studi kasus bagi mahasiswa, menjadi bagian dari solusi permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat daerah, seperti masalah akses kesehatan, akses pendidikan maupun lingkungan.

Melalui MMD-1.000D ini, Rektor berharap seluruh peserta dapat mengasah softskill dalam membangun kerja sama kelompok mahasiswa lintas disiplin/keilmuan (lintas kompetensi), membangun kepemimpinan dalam melakukan tata kelola program program yang benar-benar sesuai kebutuhan desa, sehingga manfaat tersebut bisa tersampaikan kepada masyarakat secara berkelanjutan.

MMD juga menjadi sarana bagi mahasiswa untuk mengembangkan pola berpikir, cara pandang dan mengaplikasikan ilmu yang didapat di perguruan tinggi ke dalam pembangunan desa, sehingga dampak tersebut dapat dirasakan oleh mahasiswa, dosen, masyarakat desa, dan juga Universitas Brawijaya.

Rektor mengatakan MMD-1.000D wajib diikuti mahasiswa yang sudah menempuh semester 4 Program Sarjana/Diploma 4 (angkatan 2021) dan dapat diambil oleh mahasiswa Angkatan 2019 dan 2020 yang belum mengambil pengabdian kepada masyarakat atau yang setara.

"Yang pasti mahasiswa peserta MMD ini nanti akan mengeksplorasi secara mendalam seluruh potensi yang ada di masing-masing desa. Meski tidak lama pengabdian mereka (mahasiswa) di desa, hanya 40 hari, saya yakin peserta bisa memaksimalkan potensi yang ada," ujarnya.

Sementara itu Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Farid Makruf memastikan mahasiswa peserta MMD UB tidak akan menemui kesulitan, karena Babinsa yang ada di seluruh desa tempat MMD akan mengawal dan membantu secara maksimal.

"Apalagi Program MMD-1.000 desa UB ini juga sinkron dengan program unggulan Kodam V Brawijaya, di antaranya Ketahanan Pangan, TNI menjadi air, Bapak Asuh Stunting, Babinsa masuk dapur dan lainnya," kata Pangdam.

Menurut Pangdam, Program MMD-1.000 Desa UB tersebut, merupakan yang pertama di seluruh Kodam di Tanah Air. "Sinergi dan kolaborasi ini sangat strategis untuk meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat di desa, termasuk pembangunan fisik maupun nonfisik," ucapnya.

Dalam Program MMD-1.000 Desa tersebut, seluruh mahasiswa peserta diberikan uang saku oleh kampus sebesar Rp1,4 juta untuk satu bulan.*

Baca juga: Pakar: Daun semanggi air mampu perbaiki kualitas sperma

Baca juga: Profesor UB rancang kursi roda pintar untuk disabilitas

Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023