New York City (ANTARA) - Amerika Serikat (AS) mencatat rata-rata lima kasus penembakan massal pada setiap perayaan Hari Kemerdekaan selama satu dekade terakhir, lebih banyak dibandingkan hari-hari lainnya dalam setahun, demikian dilansir USA Today pada Kamis (29/6).

Pada saat itu, terjadi 50 lebih insiden penembakan dengan empat atau lebih orang tertembak pada 4 Juli, analisis atas data Arsip Kekerasan Senjata oleh peneliti James Alan Fox dari Northeastern University di Boston.

"Liburan tahun ini tiba di saat bangsa ini bergulat dengan tingkat kekerasan dengan senjata api yang meningkat secara historis, yang melonjak selama pandemi virus corona," sebut laporan itu.

"Tujuh dari 10 orang Amerika mengatakan aksi kejahatan di AS 'tidak terkendali," demikian jajak pendapat USA TODAY/Suffolk University terhadap 1.000 penduduk pada Juni."

"Meskipun data awal menunjukkan bahwa kasus pembunuhan dengan senjata api secara keseluruhan kemungkinan mulai menurun lagi, para peneliti mencatat percepatan yang mengkhawatirkan dari jumlah insiden penembakan dan pembunuhan massal, seringnya peristiwa penembakan terjadi di area sekolah, dan meningkatnya insiden perampokan, pembajakan mobil, dan kemarahan di jalan (road rage) dengan senjata api di banyak kota," menurut laporan itu.

Tingkat kasus pembunuhan dengan senjata api di AS melonjak dalam beberapa tahun terakhir, menyusul peningkatan tajam yang dimulai sekitar tahun 2015, kata Andrew Morral, Direktur Kolaborasi Nasional untuk Penelitian Aksi Kekerasan dengan Senjata Api di RAND Corporation.

"Akibatnya, AS mencatat tingkat pembunuhan dengan senjata api yang belum pernah tercatat sejak awal 1990-an selama epidemi kokain crack," katanya.

"Pada saat yang sama, aksi bunuh diri dengan senjata api meningkat selama 15 tahun terakhir dan kini berada pada tingkat yang lebih tinggi dari yang pernah kita lihat selama lebih dari 50 tahun."

Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2023