"Swedia sejak tahun lalu dikuasai partai sayap kanan Sweden Democrats. Mereka ini (pandangannya) memang pembenci imigran dan punya tendensi intoleran terhadap Islam, karenanya terulang kembali aksi tidak terpuji tersebut,"
Bandung (ANTARA) - Ketua Tanfidziah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Nasyirul Falah Amru (Gus Falah) menilai aksi pembakaran Al Quran yang kembali terjadi di Swedia baru-baru ini, merupakan dampak dari berkuasanya kelompok sayap kanan di negeri nordik itu.

"Swedia sejak tahun lalu dikuasai partai sayap kanan Sweden Democrats. Mereka ini (pandangannya) memang pembenci imigran dan punya tendensi intoleran terhadap Islam, karenanya terulang kembali aksi tidak terpuji tersebut," kata Gus Falah dalam keterangan tertulis yang diterima di Bandung, Sabtu.

Menurut Gus Falah, Sweden Democrats ini serupa dengan gerakan ekstrimisme kanan lainnya di Eropa, seperti gerakan Neo-Nazi yang memperjuangkan supremasi kulit putih.

Mereka ini, lanjut anggota DPR tersebut, gemar mengembuskan sentimen kebencian terhadap agama, ras atau etnis tertentu, terutama terhadap kaum minoritas di Eropa seperti kaum imigran, etnis Arab dan termasuk umat Islam.

"Kaum kanan ini, termasuk yang berkuasa di Swedia, kerap menyuarakan kebencian terhadap agama, etnis dan ras minoritas, sebagai bagian dari upaya menjaga supremasi mayoritas versi mereka," ujar dia.

Sekretaris Umum (Sekum) Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) ini juga memandang bahwa pembakaran Alquran di Swedia ini, kembali mengingatkan kita semua bahwa politik sayap kanan yang berbasiskan politik identitas dan kebencian pada minoritas, sangatlah berbahaya bagi kemanusiaan.

"Ini hendaknya menjadi pengingat kita semua, bahwa politik identitas itu sangat berbahaya bagi kemaslahatan kemanusiaan," tuturnya menambahkan.

Seperti diketahui, aksi pembakaran Al Quran di Swedia kembali terjadi di mana kini aksi tersebut dilakukan pria pengungsi asal Irak bernama Salwan Momika.

Momika mengatakan, pembakaran Al Quran itu ia lakukan sebagai wujud 'kebebasan berbicara'.

Pembakaran kitab suci umat Islam oleh pengungsi asal Irak tersebut, diketahui merupakan yang kedua pada 2023 ini, di mana aksi serupa juga pernah terjadi di Swedia pada awal tahun 2023.

Pada awal tahun 2023, pelaku pembakaran merupakan seorang politisi sayap kanan, Rasmus Paludan, kala itu Paludan menyebutkan bahwa aksi tersebut merupakan bagian dari aksi protes terhadap Turki.

Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2023