Menjahit Bendera Merah Putih menjadi bukti hormat perjuangan Ibu Fatmawati
Surabaya (ANTARA) - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyaksikan sejarah kemerdekaan Republik Indonesia (RI) saat mengunjungi rumah Fatmawati Soekarno di Bengkulu.

"Kisah Ibu Fatmawati yang menjahitkan Bendera Merah Putih tak dapat dipisahkan dari sosok perempuan istri Presiden RI Soekarno," kata Khofifah melalui keterangan tertulis yang diterima di Surabaya, Senin.

Berlokasi di Kelurahan Penurunan, Kecamatan Ratu Samban, Kota Bengkulu, Gubernur Khofifah mengaku takjub melihat bangunan cagar budaya yang terawat dengan baik dan bersih.

Koleksi-koleksi peninggalan Fatmawati masih tersimpan rapi di rumah berdinding kayu berwarna coklat itu.

Rumah tersebut memiliki empat ruangan meliputi satu ruangan utama, dua kamar dan ruangan lain di bagian belakang. Di halaman depan rumah berdiri patung yang menggambarkan wajah Fatmawati, menandai tempat ini adalah milik salah satu tokoh besar nasional asal Bengkulu.

Pada bagian dalam depan rumah tertata barang-barang peninggalan seperti mesin jahit, bendera merah putih dan beberapa lembar pakaian yang masih terawat dan orisinil.

"Ini mesin jahit yang digunakan beliau untuk menjahit Bendera Merah Putih yang kemudian menjadi identitas nasional bangsa dan negara Indonesia," ujar Khofifah.

Baca juga: Rumah Ibu Fatmawati jadi cagar budaya

Baca juga: Mengembalikan rumah Fatmawati Soekarno ke lokasi aslinya


Mantan Menteri Sosial itu kemudian minta izin untuk duduk lalu mencoba mesin jahit yang digunakan Fatmawati untuk merangkai Bendera Merah Putih.

Khofifah menilai peran Fatmawati menjahit Bendera Merah Putih menjadikan perempuan kelahiran Bengkulu 5 Februari 1923 itu sebagai pahlawan dan tokoh yang sangat inspiratif serta panutan bangsa, khususnya bagi kaum perempuan.

"Menjahit Bendera Merah Putih menjadi tanda bukti hormat atas perjuangan Ibu Fatmawati sekaligus mengingatkan seluruh pihak untuk selalu meneladani semangat kejuangan dan nasionalisme dari seorang Ibu Negara Republik Indonesia pertama," ucapnya.

Dari rumah Fatmawati, Gubernur Khofifah melanjutkan perjalanan ke rumah pengasingan Bung Karno di Jalan Soekarno Hatta nomor 8, Kelurahan Anggut Atas, Kecamatan Gading Cempaka, Kota Bengkulu.

Bapak Prokramator sekaligus Presiden RI pertama itu diasingkan di Bengkulu selama 1938 - 1942, atau beberapa tahun sebelum Indonesia merdeka.

Di rumah pengasingannya masih tersimpan berbagai benda bersejarah peninggalan Bung Karno, seperti sepeda ontel, buku bacaan, kostum Tonil Monte Carlo, naskah sandiwara dan lain sebagainya.

Selain itu, ratusan koleksi buku berbahasa Belanda mengisi salah satu sudut rumah yang dulunya digunakan sebagai ruang kerja Bung Karno. Buku-buku tersebut menemani Soekarno selama pengasingan.

"Beliau selama di pengasingan banyak membaca. Tak heran, kematangan berpikirnya sebagai seorang pemimpin dari seluruh dunia berhasil ia dapatkan," kata Khofifah, mengenang.

Selama diasingkan di Bengkulu, Bung Karno tetap gigih menyuarakan semangat perjuangan kemerdekaan yang menjadi pelajaran bagi masyarakat Indonesia dan relevan untuk diterapkan sampai saat ini.

Baca juga: Soekarno tetap berkarya walau di pengasingan

Baca juga: Keluarga izinkan pemerintah pelihara rumah Soekarno-Fatmawati

 

Pewarta: Abdul Hakim/Hanif Nashrullah
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023