Jakarta (ANTARA) - Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menyatakan situasi COVID-19 dalam tataran global masih berkategori serius, sehingga masyarakat diimbau untuk tidak euforia menyambut endemi di Indonesia.

"Dalam tataran global, COVID-19 ini masih serius. Di Jepang di RS tingkat kecamatan  masih membludak, Kenya di Afrika kondisinya seperti saat kita mengalami Delta," kata Dicky Budiman dalam Dialog FMB9 diikuti dalam jaringan di Jakarta, Senin.

Dicky melaporkan angka kasus kematian akibat COVID-19 secara global berada di rata-rata 10 hingga 17 ribu kasus dalam sebulan terakhir, dan dengan kasus infeksi baru yang masih di kisaran 2 jutaan kasus dalam sebulan terakhir.

Dicky mengatakan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat menambahkan lebih banyak turunan varian Omicron ke dalam daftar jenis baru yang semakin kompleks.

Baca juga: BPJS Kesehatan tanggung biaya pasien COVID-19 berdasar indikasi medis

Baca juga: Kemenkes: Stok 5 juta vaksin COVID-19 cukup hingga akhir tahun


Badan tersebut mengumumkan, pada Jumat (30/6), berupa temuan subvarian Omicron EU.1.1 yang diyakini para ilmuwan memicu kenaikan kasus yang cepat di beberapa negara Eropa.

Varian tersebut merupakan turunan XBB.1.5 yang memicu lonjakan kasus di awal tahun ini karena mutasi pada protein yang mendorong penyebaran kasus.

"Kita harus berhati-hati, supaya tidak euforia," katanya.

Pada acara yang sama, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI Maxi Rein Rondonuwu mengatakan Pemerintah telah mengaktifkan sentinel Influenza Like Illness (ILI) – Severe Acute Respiratory Infection (SARI) sebagai sistem pertahan dalam negeri terhadap importasi COVID-19.

"Kami melakukan surveilans menunjuk puskesmas dan RS, terutama yang influenza di sejumlah daerah pintu masuk negara. Kami juga pantau melalui SARI untuk setiap gejala pneumonia infeksi paru berat, apakah karena COVID-19 atau virus lain," katanya.

Kemenkes juga berupaya mencegah lonjakan kasus melalui mekanisme vaksinasi COVID-19 yang dipastikan tetap bergulir di masa endemi sekarang lewat penyediaan 5 juta stok vaksin hingga akhir tahun.

Selain itu, mekanisme pembiayaan bagi pasien COVID-19 dipastikan ditanggung oleh BPJS Kesehatan selama pasien berstatus sebagai peserta aktif.

Bagi mereka di luar mekanisme itu, kata Maxi, pembiayaan menjadi tanggung jawab pribadi atau melalui mekanisme asuransi swasta.*

Baca juga: Kemenkes bertanggung jawab biayai vaksinasi COVID-19

Baca juga: Epidemiolog: Tetap terapkan penggunaan aplikasi untuk cegah COVID-19

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023