Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan menyatakan mencuci luka akibat gigitan hewan liar seperti anjing yang mengidap rabies bisa menjadi upaya pertolongan pertama yang mampu membantu manusia hentikan penularan rabies hingga 85 persen.
 

“Dengan mencuci luka bisa membantu 85 persen virus itu mati, jadi tinggal sedikit lagi virusnya, kita langsung bisa bantu dengan serum atau vaksin anti rabies. Ingat ya, Mencegah lebih baik dari mengobati,” kata Ketua Tim Kerja Zoonosis Direktorat P2P Kemenkes Sitti Ganefa dalam Siaran Sehat yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin.
 

Efa menjelaskan masyarakat perlu memahami jika virus rabies berbentuk seperti sebuah telur yang dilapisi oleh lemak. Virus itu bakal mati jika terkena cahaya atau suhu yang tinggi. Sedangkan lemaknya dapat larut atau hancur bila terjadi perubahan kimia dalam tubuhnya seperti jika terkena sabun atau detergen.
 

Dengan catatan, ketika mencuci luka pastikan berada di bawah air mengalir selama 15 menit dan sambil mencuci luka dengan sabun.
 

“Yang penting pakai sabun bukan air saja, karena kita berharap sabun itu yang akan merusak virus itu karena akan larut. Ini mirip COVID-19, hampir sama. Kenapa harus cuci tangan? Karena virus ini sangat gampang larut oleh bahan-bahan seperti detergen juga,” katanya.

Baca juga: Kemenkes RI kirim 30 ribu dosis vaksin anti rabies ke Bali

Baca juga: Kemenkes targetkan eliminasi rabies di Indonesia pada 2030

 

Setelah mencuci luka, Efa meminta agar korban segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat baik puskesmas atau rumah sakit, untuk mendapatkan penanganan medis.

Pemeriksaan sangat bermanfaat dalam menentukan pemberian vaksin atau serum anti rabies untuk manusia sesuai dengan lokasi juga kedalaman gigitannya sebagai tindakan pencegahan gejala semakin parah.
 

Lebih lanjut ia mengatakan guna melindungi masyarakat dari rabies, Kemenkes terus berkoordinasi dengan pihak kementerian/lembaga terkait seperti Kementerian Pertanian yang mempunyai wewenang menangani penyakit hewan termasuk rabies.
 

Upaya lainnya yang terus disebar luaskan dalam rangka memaksimalkan penanggulangan rabies, yakni penyediaan vaksin anti rabies khusus hewan dan vaksin anti rabies untuk manusia, katanya.
 

“Jadi (penyediaan vaksin untuk hewan) lebih ke arah upaya pencegahannya supaya anjingnya tidak rabies dan menggigit orang. Sedangkan pada manusia lebih ke pengendaliannya karena sudah jadi korban gigitan dari hewan yang sudah terkena rabies,” ujarnya.
 

Sementara terkait upaya eliminasinya, Kemenkes mengajak multi sektor dan masyarakat untuk bersama-sama berperan aktif melaporkan kasus gigitan hewan liar kepada manusia melalui sosialisasi bahaya rabies.
 

Adapun pelaporan kasus bisa segera diberitahukan ke kepala RT atau kepala desa setempat, terutama jika menemukan adanya keberadaan hewan liar yang diketahui sudah menggigit lebih dari sekali.
 

“Jadi kita sangat membutuhkan peran serta masyarakat untuk bersama-sama pemerintah (menangani rabies). Kalau ada yang digigit, kita harapkan masyarakat mau datang ke faskes supaya bisa cepat dapat penanganan karena penanganannya kita berpacu dengan waktu,” kata dia.

Baca juga: Kemenkes: Perlu gerakan massal berikan vaksinasi rabies ke anjing

Baca juga: Kemenkes: 95 persen kasus rabies disebabkan gigitan anjing

 

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023