Membicarakannya bersama anak-anak adalah kunci Menanggulangi Masalah Bullying. 
Penulis - Effendy Ibrahim



     Tantangan Modern Pengasuhan Anak 

     Kita, para orangtua atau wali, tahu bahwa kita akan berbuat apa saja untuk memastikan anak-anak kita mendapat kesehatan dan kesejahteraan yang baik. Kita menginginkan yang terbaik bagi anak-anak kita dan memberikan peluang yang lebih baik bagi mereka daripada ketika kita dulu tumbuh kembang.  

     Salah satu tantangan yang paling berat, bagi para orangtua datang ketika waktunya mengirim anak-anak mereka ke sekolah, dan mempercayakan pembelajaran, pengembangan dan kesejahteraannya kepada guru-guru, teman-teman sebayanya dan lainnya.  Kita tidak bisa selalu mengawasi dan melindungi anak-anak kita, sehingga mengajari mereka cara-cara untuk menangani masalah-masalah biasa, bisa membantu mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan yang mungkin mereka hadapi. 

     Adalah hal sulit untuk selalu mengetahui cara terbaik mempersiapkan anak-anak kita menghadapi kesulitan, karena dunia saat kita tumbuh kembang sangat berbeda dengan dunia yang mereka hadapi sekarang. Teknologi-teknologi baru telah membawa banyak kesempatan untuk belajar dan terikat dengan orang dan informasi komunitas geografis yang sangat jauh sebagai tantangan dan tekanan baru, seperti misalnya dampak dari cyber-bullying dan sebagai orangtua, kita terkadang tidak tahu harus memulai dari mana?


     Suka atau tidak, beberapa dari anak-anak kita akan dipilih oleh yang lainnya di sekolah, mereka akan mengobservasinya, sementara beberapa dari anak-anak kita akan menjadi penghasut. Apakah anak-anak kita akan menjadi target, yang mem-bully atau hanya mengamati, sebagai orangtua kita bisa sebaik-baiknya membantu mereka dengan menjangkau, berbicara dengan mereka tentang perasaan mereka, menyediakan pendalaman seputar tindakan dan respons-respons yang sesuai, atau menghubungkan mereka dengan orang yang tepat untuk mendapatkan nasihat atau siasat. 

     Kita bisa belajar dari salah satu siswi remaja putri di sebuah sekolah menengah yang berlokasi di Jakarta Utara. Dia diculik selama 11 hari oleh seorang asing yang berprofesi sebagai fotografer yang dikenalnya dari facebook. Hal ini mengingatkan para orangtua akan efek dan dampak bahaya dari cyber-bullying yang bisa saja terjadi. 


     Halaman Sekolah sekarang 24 jam selama tujuh hari  

     Kita mungkin telah tumbuh dengan melihat aksi-aksi bully saat istirahat atau makan siang di dalam lingkungan sekolah, tetapi ini aman untuk mengamsumsikan sebagai orangtua, kebanyakan dari kita tidak tumbuh dengan menggunakan telepon seluler di sekolah, atau mendokumentasikan kehidupan kita melalui blog atau situs social media sejak usia dini. Kebanyakan dari kita, jejak digital tidak dimulai sampai kita berada dalam dunia kerja atau telah cukup umur. 

     Jejaring sosial dan telepon seluler bisa diakses kapan saja, yang artinya bahwa bullying bisa lebih invasif dari sebelumnya. Sebagai tambahan, aksi-aksi bully bisa dilakukan seseorang tanpa identitas, secara online bila mereka memilih, menutupi aksi-aksi mereka dan membuatnya lebih sulit untuk para target dan orang dewasa mengkonfrontasi mereka. 

     Menurut Asia Pacific Digital Marketing Year Book 2012, orang Indonesia berusia antara 18-27 tahun adalah mayoritas pengguna Internet dan mengaksesnya melalu telepon seluler (53%) dan berdasarkan pada  Norton Online Family Report 2011, sebanyak 62% anak-anak pernah mengalami pengalaman online secara negatif. 

     Ketika kita mungkin tidak bisa secara mudah berelasi dengan pertumbuhan masalah dari 'digital asal' anak-anak tidak akan tahu bahwa hidup tanpa akses Internet dan alat-alat digital seperti apa, kita bisa mulai memahami beberapa tekanan-tekanan unik yang mereka hadapi dengan membicarakannya dengan mereka. 




     Kita bisa Membantu Anak-anak kita Mengatasi Aksi-aksi Bully


     Ipsos, sebuah perusahaan riset global yang didirikan di Perancis, telah menyelamatkan 18.687 orang di 24 negara termasuk Indonesia, dan hasil-hasilnya menunjukkan bahwa jumlah anak-anak yang mengalami cyber-bullying di Indonesia, relatif tinggi. Satu dari delapan orangtua, menyatakan bahwa anak-anak mereka telah menjadi korban pelecehan dan dipermalukan melalui media virtual. Sebanyak 55% orangtua mengatakan bahwa mereka tahu seorang anak telah mengalami cyber-bullying. 

     Pesan ini sangat jelas- kita perlu berbicara dengan anak-anak kita, karena mereka cenderung membawa hal ini langsung ke kita. 

     Selama beberapa tahun silam, Effendy Ibrahim, Norton Internet Safety Advocate & Director, South Asia, Norton by Symantec telah menantang para orangtua agar lebih proaktif dan mengambil langkah untuk memahami perilaku dan kebiasaan online anak-anak mereka. Dia memberi saran kepada para orangtua untuk duduk bersama dengan anak-ana mereka dan melakukan 'perbincangan'.  Hidup adalah isu besar yang perlu didiskusikan, dan seperti pendekatan orangtua dengan 'perbincangan' isu besar lainnya, kita perlu untuk belajar lebih mengetahui bagaimana cara anak-anak kita menggunakan internet, apa yang mereka lakukan dan apa yang mereka minati apakah hal pantas atau tidak saat online. 

     Norton mengembangkan Family Online Safety Guide  sebagai sumber bantuan untuk orangtua untuk mendapatkan latarbelakang informasi yang mereka butuhkan untuk memulai sebuah diskusi dengan anak-anak. Panduan ini membantu membekali orangtua dengan pertanyaan-pertanyaan pembuka seputar penggunaan password, bagaimana anak-anak terhubung dengan yang lainnya, dan pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya pribad. Effendy menambahkan beberpa tips pada bagaimana dan di mana untuk memulai "perbincangan"- tempat favorit-nya adalah di dalam mobil karena bisa memberi anak-anaknya ruang dan waktu untuk terbuka dan menjawab pertanyaan-pertanyaan. 



     Melihat Tanda-Tanda


     The Berkman Center for Internet and Society at Harvard University memberikan ringkasan yang bagus tentang tipe-tipe anak-anak yang mungkin menjadi target aksi bully termasuk, ketika anak pindah sekolah, entah pindah atau proses transisi dari sekolah dasar ke sekolah lanjutan, anak-anak yang pendapatan orangtuanya besar atau yang pendapatannya kecil, kemudian anak-anak yang penampilan fisiknya tidak seperti umumnya (kegemukan, terlalu kurus, berkebutuhan khusus dan sebagainya). 

     Anak-anak yang mem-bully teman-temannya, juga memiliki karakteristik yang hampir sama, mereka seringkali memiliki energi yang berlebih, kemampuan memanipulasi, menyukai aksi-aksi yang mereka sendiri dan memiliki kesulitan dalam berempati atau mengatur emosi dan konflik pada dirinya. 

     Bila anak Anda mulai menarik diri dari sekolah atau kehidupan sosial online, menjadi sensitif atau gampang stres, merusak barang-barang miliknya, susah tidur atau membuat potongan-potongan barang yang tidak jelas, kulit mereka ada tandanya atau memar- bisa jadi dia tengah menghadapi aksi bully di sekolah atau online. 

     Bila Anda mencurigai anak Anda telah di-bully, atau menjadi pembully, langkah pertama menanggapi hal ini adalah berbicara dengannya, dan mencoba membuatnya terbuka dan membicarakannya secara jujur, tanpa takut akan akibat atau pembatasan dari alat-alat digital dan internet. 


     Meminimalkan Risiko


     Adalah penting bagi orangtua untuk memberikan perhatian terhadap petunjuk dan tanda-tanda, untuk memrediksikan apakah anak-anak mereka bisa menjadi target. Ada beberapa hal, kita sebagai orangtua bisa meminimalkan risiko dan memastikan anak-anak kita tahu apa yang mereka lakukan apabila mereka ternyata menjadi sasaran aksi bully. Untuk melindungi anak Anda melawan cyber-bully, ikuti empat hal penting S.T.A.R.R tips berikut: 


     1   S adalah Software -  Software (peranti lunak) keamanan perlu diperbarui secara berkala dan terus-menerus dinilai sesuai tingkat perubahan interaksi online. Biarkan teknologi bekerja untuk keuntungan Anda dan tidak dengan mengorbankan keamanan online.  Perangkat seperti Norton Family membantu orangtua menandai potensi bahaya online dan memfasilitasi komunikasi terbuka antara orangtua dan anak-anak mereka. Atau Norton 360 Multi-Device untuk membantu Anda dan perangkat-perangkat digital Anda mendapatkan proteksi yang tangguh. 

     2   T adalah Talk - Talk (berbincang) Adalah tanggungjawab orangtua untuk melindungi anak-anak mereka online secara aman dengan menghubungkan mereka dan orangtua melalui percakapan biasa (bukan interogasi). Anak-anak lebih gaya dengan teknologi dan aktivitas eksplorasi online seperti chatting, berkirim surat elektronik, bermain games dan mengunggah informasi dan gambar personal pada website. Sayangnya, pemangsa-pemangsa online justru mempergunakan hal itu untuk mendekati anak-anak dan para remaja. 

     3   A adalah  Awareness – Awareness (kesadaran) Meningkatkan kesadaran adalah kunci untuk mengatasi cyber-bullying. Kita perlu menginformasikan, mengedukasi dan menasihati anak-anak muda untuk bertanggungjawab terhadap tindakan-tindakan mereka sembari menghormati hak-hak yang lainnya. Memahami RISIKO NYATA seperti misalnya, pemangsa-pemangsa internet, cyber-bullying dan sebagainya. Tetaplah bersama anak-anak saat mereka online dan mempelajari situs jejaring sosial yang sangat populer di kalangan remaja. 

     4   R adalah Rules - Rules (aturan) Atur keamanan online untuk keluarga Anda dan konsisten dengan aturan ini. Menciptakan batas untuk aktivitas online antara orangtua dan anak-anak adalah hal vital, dan dialog terbuka dan ekspektasi yang jelas, adalah langkah-langkah yang sangat penting. Buat kebijakan keluarga untuk surat elektronik, IM, blog dan akun-akun jejaring sosial. Pastikan identitas online dari setiap orang yang mereka ajak berkomunikasi dengan memastikan mereka adalah orang yang Anda tahu dan percaya. Tempatkan komputer Anda di bagian tengah rumah sehingga Anda bisa mengawasi dan terlibat pada apa yang dilakukan anak-anak Anda. 

     5   R adalah  Role Model – Role Model (Panutan) Memberikan contoh yang bagus adalah kunci pengasuhan anak yang baik.  Orangtua selayaknya juga mengembangkan kebiasaan berinternet secara baik dan menjadi panutan bagi anak-anaknya. Berikan waktu berinteraksi dengan anak-anak Anda secara berkualitas dan terus menerus daripada dengan perangkat-perangkat digital Anda atau komputer, maka anak-anak Anda tidak akan menemukan hal meyakinkan dari perangkat-perangkat tersebut. 

     Di Indonesia, anak-anak yang menjadi korban cyber-bullying bisa mengubungi organisasi resmi bernama Komisi Perlindungan Anak Indonesia melalui surat elektronik ke pengaduan@kpai.go.id atau telepon di 021-31901556.

     Ambil kesempatan untuk berbicara dengan anak-anak Anda, dan mari kita membantu memberdayakan mereka untuk menangani atau mengatasi perilaku bullying baik online dan off.

Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2013