Tanjungpinang (ANTARA) - Pengusaha galangan kapal Hengky Suryawan, menyampaikan, industri galangan kapal di Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) masih kekurangan sekitar 20 ribu pekerja welder atau las.

"Tenaga kerja las tersebut dibutuhkan untuk sektor industri galangan kapal yang tersebar di wilayah Batam, seperti PT McDermott yang tengah memerlukan banyak pekerja las," kata Hengky Suryawan di Tanjungpinang, Rabu.

Hengky yang juga pemilik PT Bahtera Bahari Shipyard (BBS) yang bermarkas di Punggur, Batam, menyampaikan, para pengusaha galangan kapal sudah berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kepri melalui Dinas Tenaga Kerja terkait permintaan tenaga kerja las.

Menurutnya Pemprov Kepri sudah cukup banyak menggelar pelatihan las bagi calon pekerja untuk memenuhi kebutuhan industri galangan kapal, khususnya di Batam.

Namun demikian, kata dia, setelah selesai ikut pelatihan mereka cenderung lebih banyak pergi ke luar daerah dan sebagian memulai usaha las sendiri.

"Faktor lain, barangkali masalah penghasilan dan sebagainya," ujar Hengky.

Khususnya PT BBS sendiri, kata Hengky, pihaknya saat ini telah mempekerjakan sekitar 1.500 orang dengan keterampilan welder, forklift, teknisi crane hingga helper.

Ia menyebut mayoritas pekerja di perusahaannya ialah warga lokal yang tinggal di kawasan Punggur, Batam.

Pihaknya ikut memberikan pelatihan mengelas bagi calon pekerja yang memang belum mengikuti pelatihan atau memiliki sertifikasi las.

"Kami juga tengah mencari tenaga kerja las dari luar daerah Batam. Silakan masukkan lamaran ke PT BBS," sebut Hengky.

Lebih lanjut Hengky menyampaikan PT BBS sendiri dalam setahun mampu memproduksi 60-70 kapal pesanan dari seluruh wilayah Indonesia.

Kapal yang diproduksi rata-rata untuk kebutuhan angkutan tambang dan mineral, seperti tug boat maupun tongkang.

"Harga kapal berkisar Rp30 miliar per unit. Dalam setahun kita (PT BBS), bisa menyumbang pajak sekitar Rp100 miliar," demikian Hengky Suryawan.


Baca juga: 160 peserta ikuti pelatihan las di BLK Condet

Baca juga: Indonesia perlu 45.000 tenaga ahli pengelasan

 

Pewarta: Ogen
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2023