Kalau pendekatan secara kedinasan atau pemerintahan sulit. Maka dari LSM yang memang mengenal siapa-siapa saja orangnya hingga mereka bersedia untuk diperiksa
Kabupaten Bekasi (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, Jawa Barat mencatat kelompok lelaki suka lelaki (LSL) mendominasi angka penderita infeksi sistem kekebalan tubuh atau "human immunodeficiency virus" (HIV) dengan 140 penderita dari total 371 kasus positif.

"Dari pemeriksaan terkini memang tren paling banyak pada LSL ini. Pemeriksaan yang dilakukan melalui dubur, didapatkan hasilnya demikian," kata Sub Koordinator Pencegahan Penyakit Menular pada Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi Ahmad Nurfalah di Cikarang, Kamis.

Dia mengatakan, dari 637 jiwa lelaki penyuka sesama jenis yang diperiksa, 140 orang dinyatakan positif HIV. Pemeriksaan dilakukan secara khusus dengan menggandeng organisasi yang fokus pada pencegahan HIV mengingat kelompok masyarakat ini dikenal tertutup sehingga memerlukan pendekatan berbeda.

"Kalau pendekatan secara kedinasan atau pemerintahan sulit. Maka dari LSM yang memang mengenal siapa-siapa saja orangnya hingga mereka bersedia untuk diperiksa," katanya.

Berdasarkan data tersebut, dapat dipastikan jika perilaku seks bebas dan menyimpang kini menjadi faktor utama penyebaran HIV.

"HIV masih menjadi persoalan yang menghantui masyarakat karena belum ditemukan obat. Masyarakat diimbau untuk menjaga kesehatan, menjaga perilaku yang dapat memunculkan potensi terinfeksi virus yang menyerang kekebalan tubuh ini," ucapnya.

Pengetesan HIV yang dilakukan sepanjang Januari-Mei 2023 ini menyasar 14 kelompok masyarakat mulai dari wanita pekerja seks, waria, LSL, pasangan orang dengan HIV (ODHIV), anak dari pasangan ODHIV, ibu hamil, serta ibu menyusui,

Kemudian pengguna jarum suntik, penderita TB, warga binaan pemasyarakatan, pasangan risiko tinggi, calon pengantin, populasi umum, hingga pelanggan pekerja seks.

Pihaknya mencatat 113 jiwa dinyatakan positif HIV berdasarkan pemeriksaan terhadap 3.730 orang dari kelompok masyarakat umum. Kemudian 19 pekerja seks komersial juga dinyatakan positif dari 634 wanita yang diperiksa.

Sementara itu, pengguna jarum suntik yang sebelumnya menjadi salah satu penyumbang terbanyak HIV, justru tidak terjadi. Dari 31 orang yang diperiksa, tidak ada satu pun yang terinfeksi.

Selanjutnya 24 ibu hamil, 22 penderita TB, 21 pasangan ODHIV, 10 pasangan risiko tinggi, sembilan warga binaan pemasyarakatan, dua pelanggan pekerja seks, dua anak dari pasangan ODHIV, satu calon pengantin, serta satu waria turut divonis terinfeksi.

Nurfalah juga mengaku ada peningkatan tren kasus pengidap HIV di Kabupaten Bekasi. Jumlah kasus terinfeksi sebanyak 371 orang ini lebih tinggi dibandingkan angka kasus sepanjang tahun 2018-2021.

Pada kurun tersebut, rata-rata kasus HIV tidak pernah menyentuh angka 300 orang dalam setahun. Namun demikian, kasus HIV meningkat drastis pada 2022 hingga 624 kasus. Tren kenaikan ini dimungkinkan kembali terjadi menyusul hasil tes pada lima bulan pertama tahun ini.

Sementara itu, Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Bekasi terus menggalakkan sosialisasi pencegahan infeksi HIV/AIDS kepada masyarakat umum. Teranyar, edukasi pencegahan HIV/AIDS kepada pekerja perusahaan di kawasan industri daerah itu.

"Sebagai kota industri terbesar, peningkatan kapasitas terkait pengetahuan HIV/AIDS di lingkungan perusahaan sangat penting terlebih tren kasus positif meningkat setiap tahun. Sosialisasi juga bertujuan sebagai upaya menghilangkan stigma negatif dan perlakuan diskriminasi terhadap ODHIV," kata Kepala Sekretariat KPA Kabupaten Bekasi Ade Bawono.

Ade menyebut sosialisasi yang dilakukan merupakan implementasi Peraturan Daerah No. 6 Tahun 2022, terkait pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di wilayah Kabupaten Bekasi.

Baca juga: Pemkot Ambon-LSM kolaborasi eliminasi HIV tahun 2030
Baca juga: Dinkes Ambon target 30 ribu warga tes HIV Aids
Baca juga: Bergandengan tangan perangi HIV/AIDS di Bali

Pewarta: Pradita Kurniawan Syah
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2023