Caracas (ANTARA News) - Sejumlah pemimpin dunia bergabung bersama ribuan pelayat dalam pemakaman Presiden Hugo Chavez pada Jumat sebelum pemimpin yang baru meninggal itu dibalsem untuk diawetkan seperti pemimpin kiri lainnya, Lenin.

Pemakaman Chavez akan dimulai pada pukul 11 waktu setempat (22.30 WIB) diikuti oleh calon penggantinya Nicolas Maduro.

Sebanyak 55 pemimpin dunia menghadiri prosesi tersebut termasuk Pemimpin Kuba Raul Castro, Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad dan orang nomor satu Belarussia Alexander Lukashenko.

Chavez akan dibalsem atau diawetkan sebagaimana pemimpin komunis lainnya seperti Ho Chi Minh, Lenin dan Mao Zedong.

Dia akan ditempatkan dalam peti kaca agar abadi, kata Maduro, Kamis.

Jenasahnya akan dibawa ke Barak Gunung yang sedang dipersiapkan sebagai Museum Revolusi.

Tempat tersebut merupakan basis kudeta yang gagal dilakukan Chavez terhadap presiden Carlos Andres Perez pada 4 Februari 1992. Dia akhirnya dipenjara karena upaya melawan negara yang kemudian justru membawanya memenangi pemilihan umum pada 1998.

Ketua DPR Venezuela Diosdado Cabello mengatakan wakil presiden Maduro akan mengambul alih posisi presiden menggantikan mendiang Hugo Chavez.

Maduro akan mengucap sumpah jabatan pada pukul 7 waktu setempat (6.30 WIB) setelah pemakaman.

Cabello mengatakan kemungkinan pemilu akan segera diadakan selambat-lambatnya 30 hari pascapemakaman.

Maduro akan maju ke bursa pemilihan presiden melawan kubu oposisi Henrique Capriles yang sempat kalah dari Chavez pada pemilu Oktober lalu.

Saat ini jasad Chavez dibaringkan dalam peti kaca setengah terbuka mengenakan baju militer hijau, berdasi hitam dan berbaret merah sebagai identitas pemimpin sosialis.

Pemerintah Venezuela mengatakan terdapat lebih dari dua juta pelayat yang datang sejak Rabu untuk melihat Chavez sekilas. Mereka rela mengantri di sepanjang malam.

"Dia ada di sana, meski begitu dia abadi," kata Saul Mantano, seorang pelayat dengan topi bermotif bendera Venezuela berikut aksara bertuliskan Hugo Chavez.

"Saya tidak ingin menyaksikannya mati, tapi realitasnya sekarang memang seperti itu."

Tentara dan masyarakat sipil yang sebagian besar mengenakan atribut serba merah berjalan di depan peti mati secara bergantian sembari menghentakkan tangannya ke dada dan memberi ciuman tiup.

Semua pelayat dilarang mengambil foto atau membawa telepon seluler, AFP melaporkan.

(A061/H-AK)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013