Asam Linoleat pada daging sapi jauh lebih tinggi ketimbang sapi yang diberi pakan konsentrat
Mataram (ANTARA) - Fakultas Peternakan Universitas Mataram (Unram), Nusa Tenggara Barat berhasil menemukan dan mengembangkan inovasi unggulan untuk pakan sapi yang bersumber dari tanaman Lamtoro (Leucaena Leucocephala) yang diberi nama Lamtoro Beef.

Dekan Fakultas Peternakan Unram, Prof Muhammad Ali mengatakan pakan sapi yang berasal dari tanaman Lamtoro ditemukan guna mengatasi ketergantungan terhadap pakan sapi konvensional yakni jerami atau rumput-rumputan.

"Kenapa kita pakai Lamtoro, karena kita berada di kepulauan yang terbatas pakan-nya sehingga kita pilih jenis tanaman vegetasi yang mampu tumbuh di lahan kritis. Di samping itu juga proteinnya tinggi," ujarnya di Mataram, Jumat.

Sejak riset pertama kali dilakukan pada 2011 silam, Fakultas Peternakan yang dimotori Prof. Dahlanuddin berhasil menemukan bahwa tanaman Lamtoro sangat representatif untuk dijadikan pakan sapi.

"Jadi kelebihan lainnya, asam Linoleat pada daging sapi jauh lebih tinggi ketimbang sapi yang diberi pakan konsentrat," ujarnya.

Menurut Guru Besar Fakultas Peternakan itu, pengembangan Lamtoro Beef itu digunakan untuk pengembangan sapi Bali (Bos Javanicus). Sapi Bali adalah sapi asli Indonesia yang sudah berkembang pesat di NTB dan bagian lain Indonesia Timur.

Baca juga: Unram dan Murdoch University Australia kerja sama riset dan akademik

Baca juga: Akademisi: pendistribusian dokter spesialis harus merata di daerah


Prof Ali mengaku, ada dua permasalahan utama dalam meningkatkan mutu sapi Bali. Pertumbuhan yang lambat (sekitar 0,2 kilogram per hari) dan daging yang keras (alot). Oleh karena itu Sapi Bali dianggap inferior dibandingkan dengan jenis sapi eksotik seperti Simmental atau Limosin.

"Kenapa kita pilih sapi Bali? Karena sapi Bali ini lebih adaptable dengan cuaca, sapi yang lain cepat stres. Karena itu kami terus mengembangkan penelitian yang bisa mendukung agar mutu sapi Bali di NTB sesuai permintaan pasar," terang Ali.

Adapun jenis Lamtoro yang dikembangkan dalam program ini adalah varietas Tarramba yang lebih toleran terhadap serangan kutu loncat (Heteropsylla cubana) yang banyak menyerang tanaman Lamtoro.

Melalui riset terpadu tersebut, kata Ali Lamtoro Beef yang dihasilkan Unram telah menjangkau pasar internasional. Di mana,, pada perhelatan KTT G20 di Bali 2022 di Bali, daging sapi yang dikonsumsi oleh para pemimpin negara-negara tersebut adalah Lamtoro Beef hasil produksi Unram.

Tidak hanya itu, menurutnya inovasi Lamtoro Beef Unram berhasil meraih riset pendanaan Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM) dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI di awal tahun 2023.

Menurutnya program yang pihaknya ajukan dalam PKKM itu diberi nama Integrated sustainable animal production inovation (i-sapi).

"Mulai masuk pasar internasional pada 2022 kemarin. Sejak saat itu sejumlah perusahaan di Indonesia juga mulai tertarik. Saat ini kita juga sudah melakukan kerja sama dengan sejumlah perguruan tinggi di luar negeri dari Australia, Inggris, Jepang, dan Korea," tambahnya.

Ia menegaskan, pihaknya terus melakukan inovasi (riset) perihal Lamtoro Beef tersebut. Bahkan, kerjasama pertukaran mahasiswa dengan kampus ternama dunia. Mulai, Filipina, Jepang, Korea Selatan, Australia dan Malaysia terus dilakukan oleh Fakultas Peternakan yang kini menyandang akreditasi A itu.

Sebab bagaimana pun sebagai fakultas tertua di Unram, saat ini pihaknya memiliki sekitar 64 pengajar, 12 di antaranya adalah guru besar.

"Harapan besar kita menghadirkan peternakan berkelanjutan. Nanti tidak hanya dari lamtoro beef, kita juga bisa hasilkan steak, daging awetan (rarit) dan lain-lain," katanya.

Baca juga: Pakar Unram: Daun sereh wangi bermanfaat tangkal nyamuk pasca-banjir

Baca juga: Unram dorong mahasiswa tuangkan inovasi dan gagasan melalui PPK Ormawa

 

Pewarta: Nur Imansyah
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023