Tanda pengingat bagi generasi milenial, generasi Z
Banda Aceh (ANTARA) - Sejarawan asal Aceh Dr M Adli Abdullah memberikan apresiasi kepada Pemerintahan Presiden Joko Widodo yang telah mengembalikan ratusan harta karun artefak bersejarah dari Belanda ke Indonesia.
 

“Artefak-artefak yang diboyong oleh Belanda itu memang seharusnya dikembalikan ke pemiliknya yakni rakyat Indonesia untuk disimpan dan dirawat dengan baik di Museum Nasional di Jakarta. Terima kasih kepada Belanda yang telah merawat dengan baik puluhan benda-benda bersejarah,” kata Adli dihubungi di Banda Aceh, Senin.
 

Ia menjelaskan proses pengembalian barang-barang bersejarah itu diadakan di Museum Volkenkunde, Leiden, Belanda, pada Senin (10/7) kepada Pemerintah Indonesia diwakili oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan-Riset dan Pendidikan Tinggi Hilmar Farid.

Baca juga: Belanda siap kembalikan 472 benda peninggalan sejarah kepada Indonesia

Baca juga: Kemendikbud: Perlu pengkajian benda yang dikembalikan Belanda

 

Adli mengingatkan di era Jokowi berusaha mengembalikan barang-barang bersejarah milik anak negeri agar generasi muda Indonesia bisa mengetahui sejarah.
 

Ia mengatakan ada tiga cara menghancurkan suatu bangsa, yakni kaburkan sejarah, hancurkan bukti bukti sejarah bangsa itu sehingga tidak bisa diteliti dan dibuktikan kebenarannya dan putuskan hubungan mereka dengan leluhurnya dengan mengatakan bahwa leluhur itu bodoh dan primitif.
 

Menurut dia dengan kembalinya ratusan artefak dari nusantara tersebut menjadi pelajaran untuk masa kini dan masa depan.
 

“Secara bertahap, barang-barang bersejarah yang diambil Belanda itu harus dikembalikan ke Indonesia sebagai tanda pengingat bagi generasi milenial, generasi Z dan sebagainya. Dari Aceh, Belanda membawa pulang Pintu Rumah Awe Geutah," katanya.

Demikian juga benda bersejarah dari seluruh pelosok Ibu Pertiwi bisa dapat dikembalikan pada tahapan selanjutnya, kata Adli yang juga dosen di Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

Baca juga: Kemendikbud: Sebanyak 1.500 objek bersejarah kembali ke Indonesia
 

Pewarta: M Ifdhal
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023