Jakarta (ANTARA News) - Ekonom dari Universitas Indonesia, Lana Soelistianingsih, berpendapat penundaan kenaikan harga elpiji kemasan 12 kilogram dapat menghindarkan Indonesia dari potensi inflasi sebesar 0,5 persen.

Jika kenaikan harga elpiji diberlakukan maka akan memberikan tekanan inflasi yang bertubi-tubi kerena sudah ada kenaikan harga komoditas pangan seperti bawang merah, bawang putih, cabe dan holtikultura.

"Penundaan ini akan mengurangi laju inflasi dimana dua bulan terakhir cukup tinggi," kata Lana Soelistianingsih saat dihubungi di Jakarta, Senin.

Menurut dia, penundaan tersebut memang diatur oleh pemerintah agar kenaikan itu tidak sekaligus di tahun yang sama karena harga non-subsidi kemasan tabung 50 kg juga naik.

"Kenaikan harga elpiji 50 kg tersebut itu efeknya cukup besar karena konsumennya itu UKM, industri makanan, roti juga banyak dan itu masuk ke dalam indeks harga konsumen (IHK)," ujarnya.

Sementara itu, untuk laju inflasi pada akhir 2013, Lana memperkirakan akan berada pada angka 5 hingga 5,5 persen atau meleset dari asumsi dalam APBN sebesar 4,9 persen.

"Karena tekanan yang mulai terjadi sejak awal tahun. Dua bulan pertama saja sudah 36 persen dari 4,9 persen, jadi pasti meleset dari target APBN sebesar 4,9 persen pada akhir 2013," ujarnya.

Namun, kisaran asumsi laju inflasi pada akhir 2013 sebesar 5 hingga 5,5 persen dengan syarat tidak ada kenaikan harga BBM.

"Kalau tidak ada kenaikan harga BBM, masih bisa asumsinya 5 hingga 5,5 persen, kalau ada kenaikan itu pasti di atas 5,5 persen. Berdasarkan pengalaman kenaikan BBM sebesar 1500 pada 2008 itu inflasi bertambah dua persen," ujarnya.

Sebelumnya, Direktur Statistik Harga Badan Pusat Statistik Sasmito Hadi Wibowo mengatakan elpiji 12 kg merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat. Oleh karena itu, jika harganya naik, bisa berdampak besar terhadap inflasi.

Menurut Sasmito, kebijakan yang dikeluarkan pemerintah sebaiknya harus benar-benar memiliki kepekaan dan memperhatikan kenyataan serta kondisi yang terjadi di masyarakat.

"Rumah tangga kan kebanyakan pakai 12 kg, walaupun yang miskin 3 kg. Tapi, yang mau naik kan yang 12 kg, ya lumayan lah dampaknya," kata dia.

(*)

Pewarta: Azis Kurmala
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013