Beban badan yang terlalu berat akan menyebabkan sendi lutut mengalami pengapuran
Jakarta (ANTARA) - Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) mengatakan pengapuran lutu menjadi salah satu tanda terkena obesitas atau kelebihan berat badan yang patut diwaspadai oleh seluruh masyarakat.

“Beban badan yang terlalu berat akan menyebabkan sendi lutut mengalami pengapuran,” kata Pengurus PAPDI Em Yunir dalam media briefing IDI yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam Sub-Endokrin itu menuturkan berat badan yang melebihi batas normal seseorang, dapat menyebabkan pengapuran lutut lebih dini dibanding orang dengan berat yang normal.

Hal itu disebabkan karena berat badan yang berlebihan akan menambah beban pada sendi lutut yang menumpu badan untuk bergerak beraktivitas sehari-hari. Bila hal tersebut berlangsung dalam waktu yang lama, penderitanya bisa mengalami bengkak atau rasa nyeri yang semakin parah, ujarnya.

Yunir mengatakan tidak hanya pada bagian lutut, obesitas pun menimbulkan gejala berupa rasa nyeri pada punggung bagian bawah penderitanya. Gejala ini sebetulnya akan jadi satu dari segala pemicu yang membuat penderita jadi semakin malas bergerak.

“Berat badan berlebihan membuat lemak yang menumpuk di sana, sini. Kalau berjalan terasa sesak, cepat capek dan malas melakukan aktivitas fisik. Ini beberapa gejala yang kita jumpai pada pasien yang kegemukan,” katanya.

Baca juga: Kemenkes: Obesitas merupakan masalah global ancam kesehatan masyarakat

Baca juga: Kemenkes: Kasus obesitas di Indonesia melonjak dalam 10 tahun terakhir


Gejala lain yang Yunir jabarkan adalah penderita obesitas kerap kali merasa mengantuk dan mengalami kelainan kulit pada area tubuh tertentu seperti pada bagian tengkuk, siku atau lipatan ketiak yang nampak menghitam akibat adanya resistensi insulin.

Yunir menekankan pada dasarnya obesitas terjadi akibat kandungan makanan yang masuk dan keluar melalui tubuh tidak seimbang. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh kebiasaan sehari-hari yang pada zaman modern lebih sering diabaikan karena kemudahan teknologi dalam pemesanan makanan.

Supaya masyarakat terhindar dari obesitas, Yunir menyarankan agar masyarakat mulai mengubah pola hidupnya lewat empat strategi memerangi obesitas.

Misalnya membatasi asupan makanan tidak sehat seperti cepat saji atau makanan dengan kandungan gula dan lemak yang tinggi, mulai disiplin membatasi waktu menonton televisi, bermain gawai atau waktu duduk lebih dari 30 menit dan menciptakan suasana tidur berkualitas untuk mengurangi stres, ujarnya.

Untuk lebih menekan risiko obesitas, masyarakat juga bisa mengurangi konsumsi minum minuman bersoda, rajin makan makanan bergizi tiga kali sehari yang di dalamnya ada lauk pauk, sayuran dan buah-buahan sesuai dengan kebutuhan kalori tubuh masing-masing.

Sementara terkait dengan aktivitas fisik, penderita obesitas disarankan untuk rajin berolahraga secara rutin setidaknya tiga sampai lima kali per minggu, dengan durasi 30 hingga 45 menit.

Adapun jenis olahraga yang disarankan seperti berjalan ringan, lari kecil (jogging), sit-up, push-up, berenang dan bersepeda.

“Jeda antar latihan tidak boleh lebih dari dua hari berturut-turut ya, pastikan kalau misal mulai hari Selasa, dilanjutkan ke Kamis, Sabtu lalu ke Selasa lagi. Pada keadaan khusus, mohon disesuaikan dengan kondisi penyandang,” ucapnya.

Baca juga: Cedera lutut berat bila tidak dioperasi picu cedera di lutut sehat

Baca juga: Peneliti: Cegah osteoporosis dengan perilaku hidup sehat


Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023