Ada dua skenario dugaan terseretnya mahasiswa WNA oleh ombak atau gelombang laut
Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan hantaman gelombang diduga menjadi penyebab lima mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya hilang di Pantai Jembatan Panjang, Malang Selatan, pada Sabtu (8/7).

Peneliti Ahli Utama Bidang Kepakaran Oseanografi Terapan dan Manajemen Pesisir dan Pusat Riset Iklim dan Atmosfer (PRIMA) BRIN Widodo Setiyo Pranowo menuturkan secara rinci terdapat dua skenario yang diduga menjadi penyebab mahasiswa tersebut hanyut.

“Ada dua skenario dugaan terseretnya mahasiswa WNA oleh ombak atau gelombang laut,” katanya di Jakarta, Selasa.

Berdasarkan data elevasi muka laut yang terekam di Stasiun Pasang Surut (Pasut) Badan Informasi Geospasial (BIG) di Pantai Sendang Biru yang masih satu garis pantai dengan Pantai Jembatan Panjang antara pukul 07.00 WIB hingga 09.00 WIB yakni kondisi elevasi muka laut adalah saat menuju surut.

Artinya, arus laut akibat gradien muka laut secara dominan adalah meninggalkan wilayah pantai menuju ke wilayah laut atau lepas pantai dan diduga pada pukul 08.00 WIB adalah kondisi arus terkencang atau tercepat pada kondisi menuju surut tersebut.

Sedangkan kondisi gelombang laut di sepanjang wilayah pesisir Malang Selatan pada Sabtu 8 Juli 2023 sekitar pukul 08.00 WIB memiliki ketinggian gelombang signifikan berkisar 2,3 hingga 2,5 meter.

Peristiwa hanyutnya mahasiswa ini sendiri berawal dari dua orang mahasiswa tamu berkewarganegaraan asing (WNA) yang melalukan surfing kemudian hanyut terseret ombak pada Sabtu (8/7) pukul 08.00 WIB.

Hanyutnya kedua mahasiswa tamu itu mendorong ketiga mahasiswa Indonesia lainnya berusaha menolong namun turut hanyut.

Dari kelima mahasiswa, baru dua yang ditemukan yakni M. Ruspandi pada Sabtu (8/7) pukul 17.30 WIB dan mahasiswa asal Spanyol Ana Brieva Ramirez yang ditemukan di Pantai Bantol, Malang, dengan jarak delapan kilometer dari Pantai Jembatan Panjang, pada Minggu (9/7) pukul 10.45 WIB.

Widodo menjelaskan terdapat dua skenario dugaan terseretnya mahasiswa tersebut yakni skenario pertama adalah diduga mahasiswa terhantam oleh gelombang setinggi 2,3 sampai 2,5 meter saat surfing di sekitar 450 meter sebelum garis pantai karena terdapat area gelombang pecah.

Sementara di antara area gelombang pecah tersebut terdapat area yang lebih tenang namun terdapat arus kencang (rip current) yang terbentuk dari sisa energi gelombang pecah tersebut dengan arus kencang bergerak kencang menuju lepas pantai.

Jika terjadi kopling arus antara arus akibat pasut saat menuju surut dan arus rip akibat sisa energi gelombang pecah maka bisa menjadi arus yang sangat cepat menghanyutkan mahasiswa menuju ke lepas pantai.

Apabila misalnya kecepatan hanyut tersebut dua meter per detik maka dalam waktu 10 menit saja mahasiswa tersebut terhanyut lebih dari satu kilometer tegak lurus ke arah laut dari garis pantai.

Skenario kedua yang sebagai skenario lanjutan yaitu ketika kecepatan hanyut yang tegak lurus pantai tadi berkurang kekuatannya menyebabkan tubuh mahasiswa hanyut oleh arus yang didorong oleh angin dari tenggara menuju ke barat-laut.

Hal itu menyebabkan tubuh mahasiswa akhirnya terdampar di Pantai Bantol yang letaknya lebih dari delapan kilometer sebelah barat Pantai Jembatan Panjang, Malang.

Baca juga: BRIN paparkan urgensi penjamin simpanan untuk koperasi
Baca juga: BRIN rumuskan model pemberdayaan relevan bagi pengungsi luar negeri
Baca juga: BRIN terapkan modifikasi cuaca di Kalimantan Selatan

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2023