"Penghargaan tertinggi ini juga kami berikan atas upaya beliau untuk lebih memperkenalkan China kepada Indonesia, dan dunia pada umumnya serta sebaliknya mengenalkan Indonesia kepada China," kata Direktur Dewan Universitas Yang Xueyi di Beijing, Rabu malam.
Ia mengatakan sejak didirikan pada 1941 BFSU telah memiliki sekitar 60 program bahasa asing, termasuk Bahasa Indonesia dan bahasa sembilan negara ASEAN lainnya, 23 program bahasa resmi di negara-negara Eropa dan lainnya.
"Khusus dengan Indonesia, BFSU juga telah memiliki Pusat Kajian Indonesia. kebudayaan dan bahasa merupakan kunci utama untuk meningkatkan dan memperluas kerja sama, hubungan bilateral termasuk antara Indonesia dan China," kata Yang Xueyi.
Ia mengemukakan dari sekitar 90.000 alumni BFSU telah banyak yang berkarir dalam bidang pertahanan, kebudayaan, politik, keamanan dan lainnya.
BFSU kini telah menjalin kerja sama dengan 380 universitas dan organisasi di 70 negara.
Sementara itu Duta Besar RI untuk China merangkap Mongolia Imron Cotan mengatakan penghargaan "profesor kehormatan" itu merupakan bentuk pengakuan China terhadap kinerja seluruh perwakilan Indonesia dalam meningkatkan hubungan kedua negara di berbagai bidang.
"Gelar ini juga merupakan bentuk penghargaan BFSU dan China umumnya, atas upaya seluruh perwakilan Indonesia di China dalam meningkatkan, memperluas hubungan, kerja sama kedua negara," ujarnya.
Pada kesempatan itu, dalam makalahnya ia mengatakan pentingnya Indonesia dan China untuk terus bekerja keras membangun hubungan dan kerja sama yang lebih baik, lebih erat, dan lebih luas pada masa datang.
"Sejak ditandatanganinya kemitraan strategis pada April 2005, banyak kerja sama yang telah disepakati dan dijalin baik oleh kedua negara. ini peru terus ditingkatkan di masa datang," tutur Imron.
Ia menegaskan Indonesia dan China sebagai negara besar di masing-masing kawasan, sudah sewajarnya untuk menjalin hubungan dan kerja sama yang semakin erat dan luas, tidak saja bagi kepentingan kedua negara tetapi juga untuk kemakmuran, kestabilan dan perdamaian kawasan.
Pewarta: Rini Utami
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013
