Sydney (ANTARA) - Saham-saham Asia menguat pada awal perdagangan Kamis, sementara dolar mengalami penurunan besar, karena pembacaan yang sangat rendah pada inflasi AS memicu spekulasi akhir dari siklus pengetatan pascapandemi sudah di depan mata.

Investor juga mencermati data perdagangan China sebagai petunjuk tentang bagaimana nasib ekonomi terbesar kedua di dunia itu menyusul serangkaian rilis ekonomi yang mengecewakan. Ekspor naik 3,7 persen pada paruh pertama tahun ini dalam mata uang yuan sementara impor sebagian besar datar, data yang dirilis Kamis pagi menunjukkan.

Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang melonjak 1,5 persen, didukung oleh kenaikan 2,1 persen pada indeks Hang Seng Hong Kong dan kenaikan 1,4 persen pada S&P/ASX 200 Australia yang kaya sumber daya. Nikkei Jepang juga naik 1,2 persen.

Raksasa teknologi China yang tercatat di Hong Kong menguat 3,0 persen pada awal perdagangan setelah Perdana Menteri Li Qiang mendesak perusahaan-perusahaan untuk mendukung ekonomi yang melambat, menambah tanda bahwa tindakan keras selama bertahun-tahun pada sektor ini telah berakhir.

Semalam, laporan inflasi konsumen AS yang banyak dipantau memberikan berita yang lebih baik dari yang diharapkan pasar. Indeks Harga Konsumen (IHK) naik 3,0 persen pada Juni dari tahun lalu, di bawah ekspektasi untuk kenaikan 3,1 persen dan perbedaan dunia dari 9,1 persen pada bulan yang sama tahun lalu.

Secara khusus, inflasi inti, yang ditakutkan Fed akan kokoh, juga menunjukkan perlambatan yang lebih tajam dari perkiraan. Wall Street bersorak, dengan Nasdaq naik 1,2 persen dan S&P 500 naik 0,7 persen.

"Dengan peringatan biasa satu bulan tidak membuat tren, jalan sempit menuju soft landing terlihat sedikit lebih lebar pagi ini," kata Michael Feroli, kepala ekonom AS di JPMorgan.

"Mungkin ada beberapa peragu di FOMC yang ingin melihat seberapa jauh proses ini dapat berjalan tanpa pengetatan tambahan, tetapi kami memperkirakan kepemimpinan Fed masih cenderung kuat untuk menaikkan suku bunga dalam dua minggu... sebelum Komite melanjutkan jeda yang diperpanjang."

Memang, kontrak berjangka masih menyiratkan kemungkinan 94 persen kenaikan seperempat poin dari Fed akhir bulan ini, tetapi telah mengurangi risiko kenaikan lain di September menjadi 13,2 persen dari 22,3 persen sehari sebelumnya, menurut CME FedWatch Tool.

Mereka juga menetapkan perkiraan pemotongan suku bunga 125 basis poin untuk tahun 2024.

Obligasi menghela nafas lega setelah kekalahan minggu lalu mengirim imbal hasil global naik tajam. Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun berada di 3,8534 persen di Asia, turun 12 basis poin (bps) semalam dan turun dari puncak tujuh bulan di 4,0940 persen pada Jumat (7/7/2023_.

Imbal hasil dua tahun yang sensitif terhadap suku bunga sedikit berubah pada 4,7272 persen di Asia, setelah jatuh 15 basis poin semalam. Itu menyebabkan curamnya kurva imbal hasil.

Dolar AS merosot ke level terendah baru dalam 15 bulan terhadap mata uang utama lainnya, menghilangkan tekanan pada mata uang negara berkembang dan memberi lebih banyak ruang bagi pembuat kebijakan Asia untuk melonggarkan kebijakan moneter.

Euro menyentuh puncak baru 15 bulan di 1,1144 dolar pada hari Kamis, setelah melonjak 1,1 persen semalam di tengah taruhan Bank Sentral Eropa yang lebih hawkish sekarang karena Fed diperkirakan hampir selesai melakukan kenaikan.

Yen Jepang, yang berada di bawah tekanan jual besar-besaran karena sikap moneter Jepang yang sangat longgar, naik 6 yen terhadap dolar dalam banyak sesi dan terakhir di 138,26 per dolar.

"Kepemimpinan The Fed dalam siklus suku bunga global akan semakin berperan terhadap dolar, karena bank-bank sentral beralih dari kenaikan suku bunga ke pemotongan suku bunga," kata Alan Ruskin, kepala strategi internasional di Deutsche Bank.

Di Kanada, risiko tetap condong ke pengetatan lebih lanjut. Bank Sentral Kanada pada Rabu (12/7/2023) menaikkan suku bunga seperempat poin menjadi 5,0 persen, dan gubernur tidak segan-segan mengatakan bahwa pihaknya siap untuk berbuat lebih banyak.


Baca juga: Saham Asia dibuka menguat dan dolar jatuh, jelang data inflasi AS
Baca juga: Saham China dan Hong Kong "rebound" dibatasi data inflasi yang lemah
Baca juga: Saham Asia dibuka naik, investor incar kenaikan Fed dan stimulus China

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2023