Jakarta (ANTARA) - Dokter Anak Konsultan Nutrisi Metabolik Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita Novitria Dwinanda memaparkan jumlah porsi makan yang tepat bagi anak untuk mencegah stunting.  

"Dalam satu porsi makan anak, harus mengandung karbohidrat 60 persen dari total kebutuhan kalori, protein hewani 10-15 persen dari total kebutuhan kalori, dan mengandung lemak 30-40 persen dari kebutuhan kalori," kata Novitria pada diskusi yang diikuti dalam jaringan di Jakarta, Kamis.

Novitria menekankan bahwa takaran atau porsi makan ini juga harus sesuai dengan tatalaksana nutrisi yang dihitung secara tepat oleh dokter spesialis anak berdasarkan peraturan yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes).  

"Berdasarkan peraturan terbaru dari Kemenkes, dokter spesialis anak akan melakukan tatalaksana stunting secara medis dan nutrisi, tatalaksana nutrisi dihitung secara tepat berapa kebutuhan kalorinya, jadi bukan tinggi kalori dan tinggi protein (TKTP) saja, tetapi harus dihitung berdasarkan kebutuhannya," ujar dia.

Ia memaparkan, pada anak usia 6-9 bulan, hanya 30 persen nutrisinya bisa terpenuhi dari MPASI, sedangkan 70 persennya masih harus dipenuhi dari ASI atau susu tambahan. Frekuensi pemberian MPASI pada anak usia ini dapat diberikan dua kali makan dengan satu kali selingan, misalnya buah.

"Nanti sekitar 9 bulan sampai 1 tahun, kebutuhan susu atau ASI-nya sudah mulai menurun, sehingga dia hanya membutuhkan 50 persen dari total kebutuhan kalori dari susu atau ASI, 50 persennya dari makanan, bisa tiga kali makan besar dan 2 kali selingan," imbuhnya.

Sedangkan untuk anak usia 1 tahun ke atas, 70 persen nutrisinya harus sudah dipenuhi dari makanan, karena ASI atau susu tambahan hanya memenuhi 30 persen dari kebutuhan kalori. Di usia ini, anak hanya membutuhkan 500 ml susu dalam sehari.
Novitria juga menekankan pentingnya memperhatikan frekuensi makan pada balita, utamanya pemberian ASI, sehingga saat makan balita bisa mendapatkan nutrisi yang tepat.

"Pada waktu mulai MPASI, pemberian ASI itu harus diatur, kapan anak harus makan, harus diberikan ASI, kapan anak harus makan buah-buahan, banyak orang tua mengeluh, anaknya pilih-pilih makanan, karena misal jadwalnya pukul 12.00 makan, tetapi pukul 11.00 sudah diberikan susu, jadi anak sudah kenyang duluan," katanya.

Ia juga menyampaikan bahwa nutrisi ini perlu diperhatikan pada 1000 hari pertama, sehingga penting juga untuk memperhatikan kesehatan para calon ibu.

"Kita harus bekerja sama dengan spesialis obgyn, atau bidan-bidan desa, memastikan para ibu sudah mengonsumsi makanan bergizi. Kenaikan berat badan ibu dan janin harus baik, ibu harus mengkonsumsi vitamin untuk pencegahan anemia, begitu juga konsumsi asam folat sejak bayi dalam kandungan," kata dia.

Selain itu, orang tua, termasuk ayah, juga harus memastikan bahwa produksi ASI cukup baik, karena edukasi ASI harus dilakukan sejak, bahkan sebelum kehamilan, sehingga ibu sudah bisa mempersiapkan nutrisi yang diperlukan agar sukses memberikan ASI eksklusif pada anak.

Baca juga: BKKBN gandeng PFN bikin film keluarga terkait stunting dan KB

Baca juga: Ajinomoto dukung Gerakan Kembali ke Meja Makan

Baca juga: BKKBN gelar Gerakan Kembali ke Meja Makan untuk atasi stunting

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2023