Daya jalar api untuk membakar benda-benda di sekitarnya itu sekitar 3-10 menit. Di atas 10 menit, suhu ruangan itu sudah 600 derajat celcius, itu situasi yang sangat mematikan
Semarang (ANTARA) - Para penyandang difabel di Kota Semarang yang tergabung dalam Lembaga Inklusif Kota Semarang (Linkk Semar) mendapatkan sosialisasi upaya pencegahan kebakaran dari Dinas Pemadam Kebakaran Kota Semarang.

Kegiatan itu terangkum dalam Focus Grup Discussion (FGD) Sosialisasi Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran di Lingkungan Masyarakat yang digelar DPRD Kota Semarang bekerja sama dengan Dinas Damkar Kota Semarang.

Kepala Bidang Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat Dinas Damkar Kota Semarang Daniel Sandanafu, saat sosialisasi di Semarang, Kamis, mengakui bahwa pelatihan pencegahan kebakaran bagi penyandang difabel di Indonesia memang masih jarang.

"Ini pertama kalinya malah untuk Kota Semarang. Temen-temen difabel juga harus dibekali kemampuan atau insting untuk mencegah terjadinya kebakaran atau menyelamatkan diri jika terjadi kebakaran," katanya.

Untuk penyandang difabel tertentu yang geraknya terbatas, seperti tunanetra dan tunadaksa, kata dia, harus bisa memberikan sinyal atau tanda, misalnya teriakan ketika mengetahui terjadi kebakaran.

Semakin cepat sinyal atau tanda diberikan, ia mengatakan kemungkinan terjadinya kebakaran bisa dicegah sangat besar, apalagi ketika masih di bawah tiga menit dari api pertama kali muncul.

"Daya jalar api untuk membakar benda-benda di sekitarnya itu sekitar 3-10 menit. Di atas 10 menit, suhu ruangan itu sudah 600 derajat celcius, itu situasi yang sangat mematikan," kata Daniel.

Pada kesempatan itu, para penyandang difabel juga mendapatkan praktik pemadaman api menggunakan tangan, alat tradisional, seperti karung goni, hingga APAR (alat pemadam api ringan).

Sementara itu, anggota Komisi D DPRD Kota Semarang Dyah Ratna Harimurti mengakui selama ini memang belum banyak penyandang difabel yang memiliki pemahaman tentang pencegahan kebakaran, padahal sangat penting.

"Temen-temen disabilitas juga butuh diberikan pengetahuan tentang pemadaman api karena sehari-hari mereka berkenaan dengan (aktivitas rumah tangga) yang berhubungan dengan api," kata Detty, sapaan akrabnya.

Karena itu, Komisi D DPRD menggelar sosialisasi tersebut untuk memberikan bekal sehingga ketika penyandang difabel menghadapi situasi yang sama bisa mengatasinya, mencegah kebakaran, dan menyelamatkan diri.

"Tadi,materinya cukup bagus yang disampaikan. Pelatihan pencegahan dan penanggulangan kebakaran untuk disabilitas memang baru yang pertama ini. Minimal mereka tahu teknik dalam memadamkan api ringan," pungkasnya.

Senada, Supriyadi yang juga anggota Komisi D DPRD Kota Semarang juga mengingatkan masyarakat, terutama penyandang difabel untuk tidak perlu panik jika mengetahui terjadinya kebakaran jika sudah mengetahui tekniknya.

Sementara itu, Ketua Linkk Semar Fitri Maryunani mengapresiasi pelatihan pencegahan kebakaran bagi penyandang difabel, sebab kemampuan itu dibutuhkan bagi setiap orang untuk pencegahan dan penanggulangan bencana kebakaran.

"Ini yang pertama tingkat kota. Memang ada yang (sosialisasi) tingkat RT, RW, tapi pemahamannya kan kurang, tidak bisa praktik seperti hari ini. Di sosialisasi ini, teman-teman dilibatkan maksimal," kata Fita, sapaan akrabnya.

Fita berharap, kegiatan itu ditindaklanjuti sehingga bisa menyentuh seluruh difabel di Kota Semarang, khususnya yang sudah berumah tangga yang kesehariannya kegiatan mereka berkutat dengan api.

Baca juga: BPBD DIY imbau masyarakat cegah kebakaran selama musim kemarau 
Baca juga: Kiat cegah risiko kebakaran pada kendaraan listrik
Baca juga: BPBD Kalsel bentuk lima posko cegah karhutla di sekitar bandara

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2023