Jakarta (ANTARA) - Tim Teknis Forum Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) menggelar pertemuan di Brunei Darussalam untuk membahas rencana penyusunan Tafsir Ilmi.

Tafsir Ilmi adalah sebuah upaya memahami ayat-ayat Al Quran yang mengandung isyarat ilmiah dari perspektif ilmu pengetahuan modern.

"Diharapkan dapat menjelaskan kepada masyarakat dunia bahwa Al Quran bukan hanya sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Tetapi juga memberikan dukungan dan inspirasi untuk membangun peradaban manusia," ujar Sekretaris Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Muchlis M. Hanafi dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.

Muchlis M. Hanafi mewakili delegasi Indonesia dalam kapasitasnya sebagai Ketua Tim Projek Tafsir Ilmi MABIMS sejak tahun 2019.  

Menurutnya, inisiatif penyusunan Tafsir Al Quran sudah digulirkan sejak 3,5 tahun lalu di Brunei Darussalam. Namun tidak lama setelah itu, dunia dilanda pandemi COVID-19. Dengan demikian, proses penyusunan dan pembahasan dilakukan dalam suasana penuh pembatasan dan keterbatasan.   

"Di Indonesia, antara kurun waktu 2021-2022, kami telah menyelenggarakan beberapa kali diskusi dengan para pakar tim penyusun. Alhamdulillah, tim penyusun telah menyelesaikan draft awal buku tafsir ilmi tentang air," katanya.

Muchlis menilai musyawarah penyusunan tafsir ilmi kali ini menemukan momentumnya, karena diselenggarakan dua pekan setelah peristiwa pembakaran Mushaf Al Quran di Stockholm, Swedia.

Menyikapi peristiwa itu, kata Muchlis, berbagai peristiwa lainnya yang serupa dan pernah terjadi beberapa kali di berbagai negara, terutama Eropa dan Amerika, tentu tidak cukup hanya dengan kecaman. Untuk itu, diperlukan langkah-langkah konkret dan strategis.

"Penistaan terhadap Al Quran dalam bentuk apa pun boleh jadi karena ketidaktahuan para pelaku tentang akhlak dan ajaran Al Quran yang begitu sangat mulia," kata dia.

Menurut dia, paling tidak ada dua hal yang bisa dilakukan. Pertama, umat Islam memiliki tanggung jawab untuk memperkenalkan Al Quran dan ajarannya yang penuh kasih sayang, cinta kasih, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

Kedua, menampilkan kepada masyarakat dunia perilaku dan akhlak mulia yang diajarkan oleh Al Quran.

"Boleh jadi penilaian negatif mereka terhadap Al Quran muncul karena ketidakmampuan kita sebagai umatnya untuk menampilkan ajaran Al Quran yang sesungguhnya," kata dia.

Baca juga: BAZNAS gandeng 111 kampus untuk program Beasiswa Cendekia

Baca juga: Kemenag siapkan total hadiah Rp2,7 miliar ntuk santri juara MQKN

Baca juga: Menag: Secara hisab posisi hilal sudah memenuhi kriteria MABIMS

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2023