Nikkei Jepang berakhir tergelincir 0,09 persen dalam sesi rollercoaster
Tokyo (ANTARA) - Saham Asia naik untuk hari kelima berturut-turut pada Jumat, menuju minggu terbaik mereka tahun ini, karena pendinginan inflasi AS memicu spekulasi bahwa Federal Reserve dapat menghentikan kenaikan suku bunga setelah bulan ini.

Dolar merosot ke level terendah baru 15 bulan terhadap mata uang utama dan imbal hasil obligasi pemerintah AS melemah di dekat level terendah multi-minggu setelah penurunan mingguan paling tajam dalam empat bulan.

Emas siap untuk minggu terbaiknya dalam tiga bulan karena dolar menggelepar, sementara minyak mentah naik ke level tertinggi dalam hampir tiga bulan.

Sementara, pedagang pasar uang masih memperkirakan kenaikan seperempat poin pada suku bunga dana Fed pada 26 Juli sebagai hal yang pasti, mereka telah mengurangi peluang kenaikan lainnya tahun ini menjadi hanya 1 banding 5.

Data pada Kamis (13/7/2023) menunjukkan kenaikan terkecil dalam harga gerbang pabrik AS dalam hampir tiga tahun, memperkuat prospek inflasi yang lebih ringan setelah laporan pada hari sebelumnya menunjukkan laju paling lambat untuk pertumbuhan harga konsumen dalam lebih dari dua tahun. "Artinya adalah, kita memiliki The Fed dengan dadanya hampir melewati garis akhir pada akhir siklus pengetatan yang paling agresif dalam empat dekade, jadi itu menjamin repricing cepat yang telah kita lihat di banyak kelas aset ini," kata Tony Sycamore, seorang analis pasar di IG di Sydney.

"Pasar ekuitas benar-benar lepas landas, dan dolar berada di bawah tekanan kuat."

Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang menguat 0,91 persen pada Jumat untuk menempatkannya di jalur kenaikan mingguan 5,6 persen, terbesar dalam delapan bulan.

Indeks acuan KOSPI Korea Selatan berakhir melonjak 1,43 persen, Indeks Taiwan ditutup terangkat 1,30 persen, sementara indeks S&P/ASX 200 Australia berakhir 0,78 persen lebih tinggi.

Di China, indeks saham-saham unggulan CSI300 ditutup naik tipis 0,02 persen, indeks komposit Shanghai juga naik tipis 0,04 persen dan indeks Hang Seng Hong Kong berakhir 0,33 persen lebih tinggi.

Sementara itu, indeks Nikkei Jepang berakhir tergelincir 0,09 persen dalam sesi rollercoaster karena indeks berjuang untuk menemukan pijakannya setelah mundur dari puncak 33 tahun yang dicapai pada awal bulan ini.

Indeks dolar AS - yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya - turun 0,17 persen hingga menyentuh 99,574 untuk pertama kalinya sejak April tahun lalu.

"Indeks dolar mungkin dapat diperdagangkan turun menuju 98 selama beberapa minggu mendatang tanpa terlalu banyak masalah," kata Sycamore dari IG, dikutip dari Reuters. "Saya tidak akan melawan tren itu."

Imbal hasil obligasi pemerintah AS dua tahun, yang cenderung paling sensitif terhadap prospek kebijakan Fed, melemah pada 4,65 persen, menyusul penurunan 28 basis poin minggu ini yang memperpanjang penurunannya dari puncak 16 tahun minggu lalu di atas 5,0 persen.

Imbal hasil 10-tahun berkubang di sekitar 3,78 persen menyusul penurunan 27 basis poin sejak Jumat (7/7/2023) lalu, ketika mencapai tertinggi delapan bulan di 4,094 persen.

Pasar obligasi Jepang mengalami aksi jual, dengan imbal hasil 10-tahun naik setinggi 0,485 persen, menjadikannya yang paling dekat dengan plafon kebijakan Bank Sentral Jepang (BoJ) 0,5 persen sejak 10 Maret.

Spekulasi bahwa BoJ dapat memperluas rentang imbal hasil 10-tahun bulan ini telah meningkat sejak laporan tenaga kerja minggu lalu menunjukkan pertumbuhan upah yang solid.

"Pasar telah memenuhi harapannya untuk revisi kebijakan BoJ," tulis Shinji Ebihara, seorang analis di Barclays di Tokyo, dalam sebuah laporan penelitian.

"Namun, repricing tiba-tiba tampaknya menjadi overshoot mengingat komunikasi BoJ saat ini dan fundamental domestik," katanya. "Kami percaya risiko pada akhirnya tetap condong ke imbal hasil yang lebih rendah."

Di Australia, penunjukan wakil gubernur Michele Bullock oleh pemerintah untuk memimpin Bank Sentral Australia mulai pertengahan September tidak banyak berpengaruh pada pasar.

Dolar Australia datar di 0,6892 dolar AS, setelah sesi back-to-back naik 1,5 persen terhadap mata uang AS untuk membawanya ke level tertinggi dalam sebulan.

Dalam komoditas, emas naik ke level tertinggi baru satu bulan di 1.963,59 dolar AS per ounce, didukung oleh pelemahan dolar. Emas telah reli sekitar 1,9 persen minggu ini.

Minyak mentahberjangka Brent bertambah 5 sen atau 0,1 persen, menjadi 81,41 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS naik 9 sen atau 0,1 persen, menjadi 76,98 dolar AS. Kedua harga acuan berada di jalur yang lebih tinggi untuk sesi keempat berturut-turut.

Baca juga: Saham Asia di jalur minggu terbaik 2023, dipicu pendinginan inflasi AS
Baca juga: IHSG berpotensi menguat seiring sentimen regional dan global
Baca juga: Saham China dibuka menguat, indeks Shanghai terdongkrak 0,14 persen

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023